SuaraBanten.id - Sejumlah perajin batik di Kabupaten Lebakdalam sebulan terakhir banjir orderan dari berbagai pihak. Orderan datang dari perusahaan BUMN hingga beberapa daerah di Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi atau Jabodetabek.
Perajin batik Lebak datang dari beberapa Daerah dari Jabodetabek yang memesan yakni Jakarta dan Tangerang. Ada juga pesanan dari wilayah Provinsi Banten yakni dari Serang dan bahkan dari Bandung juga ada.
Karena banyaknya orderan, mereka cukup kewalahan melayani konsumen namun berdampak pada pendapatan mereka yang meningkat pesat.
"Kami hari ini melayani permintaan konsumen dari Tangerang, Serang, Jakarta dan Bandung dengan jumlah cukup banyak, " kata Umsaro (55), seorang pelaku UKM Batik Lebak Chanting Pradana Kabupaten Lebak, Minggu.
Baca Juga:PAUD Anyelir Karang Tengah Tangerang Disegel, Dugaan Pungli Diungkap Security
Kata dia, pesanan yang datang kebanyakan datang dari pihak yang memiliki butik juga desainer busana dan masyarakat umum. Sementara, untuk konsumen dari kalangan masyarakat umum memesan setelah melihat dari media sosial, seperti marketplace dan shopee.
Menurutnya, banyak konsumen tertarik batik Lebak karena memiliki 12 motif unik dibandingkan dengan batik lain di Tanah Air. Motif batik Lebak itu dinilai unik karena menggambarkan filosofi kehidupan masyarakat Badui yang cinta terhadap alam.
Karenanya, batik Lebak didominasi gambar lukisan alam, seperti huma juga rumah pangan atau leuit.
"Kami merasa terbantu dengan meningkatnya permintaan konsumen sehingga kembali menyerap tenaga kerja, " katanya menjelaskan.
Ia menuturkan, belakangan omzetnya naik drastis dari sebelumnya Rp5 juta perbulan kini mencapai Rp70 juta perbulan. Untuk harga batik yang ia jual, berkisar Rp150 ribu dengan bahan baku katun, sedangkan bahan baku sutera mencapai Rp1 juta. Ia juga mengaku saat ini mempekerjakan 40 orang agar produksi lebih maksimal dan bisa memenuhi permintaan konsumen.
Baca Juga:Menguak Dugaan Pungutan Liar di Karang Tengah Tangerang, Ini Pengakuan Security Komplek
"Kami bekerja keras agar konsumen tidak kecewa, bahkan permintaan dari perusahaan BUMN bisa terpenuhi, " kata Umsaroh yang juga berprofesi Guru SDN itu.
Perajin batik lainnya, Dedi mengaku saat ini permintaan konsumen meningkat tajam dari sebelumnya omzet Rp3 juta, namun kini bisa mencapai Rp20 juta.
Kebanyakan permintaan batik itu melalui jejaring internet secara online yang menjadi andalan, bahkan siang tadi mengirim pesanan ke wilayah Serang.
Selain itu juga saat ini permintaan untuk Plaza Komoditi Lebak cukup banyak hingga 50 potong.
"Kami berharap omzet pendapatan kembali normal usai pandemi, " kata Dedi.
Hal serupa juga diungkapkan Yusup, pengelola Rumah Batik Lebak Sehati mengatakan, permintaan konsumen kembali meningkat dari 20 potong kini menjadi 80 potong.
Kebanyakan konsumen di sini dari kalangan Pegawai Negeri Sipil (PNS), BUMN dan BUMD. Produksi batik Lebak memiliki 12 motif antara lain motif Seren Taun, Sawarna, Gula Sakojor, Pare Sapocong, Kahirupan Baduy, Leuit Sijimat, Rangkasbitung, Caruluk Saruntuy, Lebak Bertauhid, Angklung Buhun, Kalimaya, dan Sadulur.
"Kami mengapresiasi kebijakan pemerintah daerah mewajibkan ASN memakai batik Lebak," kata Yusuf.
Kepala Bidang UMKM Dinas Koperasi dan UKM Kabupaten Lebak, Abdul Waseh Rahmat mengatakan pemerintah daerah mendorong pelaku usaha batik lokal agar meningkatkan kualitas sehingga bisa bersaing pasar.
Saat ini, mereka pelaku kerajinan batik Lebak tumbuh dan berkembang. Bahkan, kini permintaan batik Lebak di Plaza Komoditi meningkat, terlebih dengan beroperasinya jalan tol Rangkasbitung-Serang.
"Kami terus membina dan menampung hingga mempromosikan batik Lebak, karena dapat menyumbangkan ekonomi masyarakat setempat," kata Abdul Waseh.