SuaraBanten.id - Ratusan warga di Kelurahan Keranggan, Kecamatan Setu, Kota Tangerang Selatan (Tangsel) mulai terdampak kemarau. Mereka, kini kesulitan mendapatkan air bersih.
Kekeringan ini terjadi di RT 12 RW 05 dan RT 6 RW 02 Kelurahan Keranggan Kecamatan Setu. terdapat sekira 230 lebih kepala keluarga yang terdampak kekeringan di dua RT tersebut
Hasbulloh (46) salah satu warga di RT 6 RW 2 Kelurahan Keranggan, Tangsel itu mengatakan, kekeringan mulai terasa sejak dua bulan lalu.
“Kekeringan udah dua bulan lebih, karena musim kemarau jadi kekeringan,” katanya, Kamis, 5 September 2024.
Baca Juga:Rekomendasi NasDem Berlabuh ke Riza Patria-Marsehel Widianto
Kata Hasbullah, untuk memenuhi kebutuhan air bersih sehari-hari ada warga yang meminta ke sumur tetangganya hingga memanfaatkan saluran kali pembuangan wisata air Lubana Sengkol.
Pasalnya, pemukiman RT 6 RW 2 ini berada di belakang kawasan Serpong Lagoon yang memiliki fasilitas wahana air Lubana Sengkol.
“Untuk mandi dan nyuci ke kali, kalau sehari-hari lagi nggak musim kering pakai sumur galian. Di sini nggak ada saluran PDAM,” tuturnya.
Selain itu, Hasbullah dan ratusan warga hanya mengandalkan bantuan air bersih dari Pemerintah Kota Tangsel yang dikirim oleh tim BPBD menggunakan truk tanki air Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang Kota Tangsel.
Dia berharap, wacana pembangunan sumur bor yang sudah direncanakan sejak 2023 lalu segera dibangun untuk mengatasi dampak musim kemarau tahunan.
Baca Juga:Rekomendasi NasDem Berlabuh Riza Patria-Marsehel Widianto
“Jarak dari rumah ke lokasi toren air bersih 1 kiloan. Harapannya pengen adabantuan dari pemerintah untuk bikin sumur bor jadi biar tiap tahun nggak kesusahan kayak gini. Dulu 2023 udah diusulin, tapi sampai sekarang belum ada realisasinya. Tempat udah ada, tapi sampai sekarang belum diurus, nggak ada kabar,” ungkapnya.
Di tempat yang sama, Nurhidayat yang mengaku sebagai wakil ketua RT setempat menjelaskan, ada sekira 200 KK di lingkungannya yang terdampak kekeringan akibat musim kemarau.
“Tiap tahun kekeringan, di sini ada 200 KK tiap tahun kekeringan,” jelasnya.
Nurhidayat menerangkan, sehari-hari warga di lingkungannya itu menggunakan air bersih dari sumur galian. Tetapi, setiap musim kemarau sumur warga itu mengering.
“Kalau lagi kekeringan warga manfaatin air kali untuk nyuci, tapi nggak bisa dipakai minum karena udah tercampur limbah dari Lubana Sengkol,” terangnya.
Cuci Pakaian di Saluran Kali Pembuangan
Cerita warga Setu Kota Tagerang Selatan (Tangsel) yang kekeringan dampak dari kemarau cukup miris. Mereka terpaksa mencuci baju di aliran kali saluran pembuangan tempat wisata Lubana Sengkol.
Aktivitas mencuci di saluran kali pembuangan ini dilakukan oleh warga RT 06 RW 02 Kelurahan Keranggan, Kecamatan Setu, Kota Tangsel.
Mereka terpaksa mencuci di saluran kali pembuangan itu lantaran sumur di rumah sudah mengering. Jangankan untuk mencuci, untuk kebutuhan minum air bersih saja tidak ada.
Warga yang mengaku bernama Yoyoh (46) bercerita soal aktivitasnya mencuci baju di saluran kali pembuangan Lubana Sengkol itu.
Yoyoh secara gamblang mengaku, sudah tahu bahwa air yang digunakan untuk mencuci baju keluarganya itu tak bersih, pembuangan dari tempat wisata.
"Biarin, kata saya ini mah bersih. Ini jadi penolong," katanya sambil mencuci pakaian milik dia dan keluarganya, Kamis, 5 September 2024.
Seperti saluran kali pada umumnya, tempat mencuci yang digunakan Yoyoh dan tetangganya itu merupakan sodetan dari saluran kali utama.
Di sekitar tempat mencuci pakaian itu, dipenuhi dengan pohon-pohon bambu dan semak belukar. Ada bekas spanduk yang membentang untuk menutupi sisi kanan tempat mencuci itu.
Sementara alas yang digunakan Yoyoh dan tetangganya mencuci sebagai pijakan itu dibuat dari bambu yang disusun sejajar dan kokoh.
Tempat itu, kata Yoyoh, spot baru yang dibuat warga karena tempat sebelumnya kebawa arus dan longsor akibat hujan deras.
"Ini dibuat pa lagi 17 Agustus kemaren. Orang lain merdekaan kita bikin tempat nyuci ini," ungkapnya sambil nyikat baju.
Ibu dua anak itu tak menampik, air yang digunakan mencuci pakaian itu tak bersih dan sering membuat kulit badannya gatal. Tetapi, di tengah kekeringan saat ini, hal itu tak jadi momok.
Terpenting, pakaian keluarganya bersih dan bisa dipakai untuk aktivitas sehari-hari. "Gatel sih gatel, tinggal pake bedak selesai," ungkapnya tak ambil pusing.
Yoyoh bilang, aktivitas mencuci di saluran kali pembuangan itu dilakukan setiap tahun jika dilanda kekeringan. Sumur galian di rumahnya saat ini kering kerontang bahkan sudah retak.
"Kedaleman 12 meter, tanah pada bongkar. Tiap tahun kayak gini," katanya sambil bilas cucian.
Meski begitu, Yoyoh mengaku, dengan kondisi tempat mencuci ada di sisi sawah dan semak belukar dengan pohon bambu yang rimbun, di tak berani jika harus mencuci sendirian.
Bahkan, dirinya membatasi hingga jam-jam tertentu untuk mencuci di saluran kali itu.
"Sebelum jam lima, harus udah nyuci dan harus bareng-bareng kalo sendiri ga berani. Ya kan kondisinya begini, dikelilingin pohon bambu dan terbuka. Lebih khawatir kalau sendirian dan udah sore," bebernya.
Saat berbincang dengan suara.com dan wartawan lainnya, Yoyoh mencuci ditemani satu anaknya yang gadis dan tetangganya Yati.
Sayangnya, Yati enggan bercerita banyak. Dia hanya menimpali apa yang dikatakan Yoyoh sambil bercanda menikmati aktivitas mencuci pakaian keluarganya di saluran kali pembuangan Lubana Sengkol itu.
Baik Yoyoh dan Yati berharap, wacana pembangunan sumur bor dari Pemerintah Kota Tangsel segera direalisasikan.
Pasalnya, semenjak wacana itu diungkapkan ke warga pada 2023 lalu, hingga saat ini belum ada kejelasan kapan sumur bor itu akan dibangun.
"Minta diadain sumur bor. Saluran PAM adanya di perumahan, di kampung mah nggak ada," ungkapnya.
Diketahui, perkampungan warga yang kekeringan akibat musim kemarau itu berada di sekitar area perumahan Serpong Lagoon. Di kawasan itu, ada tempat wisata air keluarga yang memanfaatkan air dari kali sekitar.
Sayangnya, pasikan air yang melimpah dan pengolahan air bersih yang berada di dalam perumahan itu tak dapat dinikmati warga sekitar selain warga yang tinggal di perumahan.
Terbaru, Pemerintah Kota Tangsel melalui BPBD Kota Tangsel mengirimkan bantuan air bersih sebanyak 4.000 liter. Air itu diambil dari perusahaan air bersih PT Traya Tirta Cisadane Perumdam Tirta Kerta Raharja Kabupaten Tangerang.
Kontributor : Wivy Hikmatullah