Tinggal di Kota Terkaya se-Banten, Kakek 62 Tahun Hidup di Gubuk Kecil Butuh Bansos

Maman, kakek berusia 62 tahun tinggal di gubuk kecil berukuran 1x1,5 meter di Lingkungan Baru, Kelurahan Lebak Gede, Kota Cilegon, Banten.

Hairul Alwan
Rabu, 18 Desember 2024 | 21:10 WIB
Tinggal di Kota Terkaya se-Banten, Kakek 62 Tahun Hidup di Gubuk Kecil Butuh Bansos
Maman, kakek 62 tahun yang tinggal digubuk kecil (kiri) didampingi Muhidin memberi keterangan kepada awak media, Rabu (18/12/2024). [Yandi Sofyan/Suara.com]

SuaraBanten.id - Kisah pilu dialami Maman, kakek berusia 62 tahun yang tinggal di gubuk kecil berukuran 1x1,5 meter di Lingkungan Baru, RT/RW 04/04, Kelurahan Lebakgede, Kecamatan Pulomerak, Kota Cilegon, Banten. Diketahui, Kota Cilegon merupakan kota terkaya ke-4 se-Indonesia berdasarkan perhitungan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten dan Kota di Indonesia. Cilegon juga merupakan kota terkaya pertama di Provinsi Banten.

Kakek tersebut tinggal di gubuk berdiding GRC dengan atap asbes yang didirikan dari hasil swadaya warga sekitar. Awalnya Maman tidur di teras salah satu warung warga sekitar, namun warga yang peduli akan kondisinya memutuskan untuk membangunkan tempat tinggal untuknya.

Selain tinggal di gubuk kecil berukuran 1x1,5 meter, kakek tersebut juga dibangunkan kamar mandi untuk buang air kecil dan mandi oleh warga sekitar. Lantanran pandangan kedua matanya sudah kabur dan tidak jelas, untuk ke kamar mandi Maman mesti berjalan sambil meraba gubuknya hingga sampai ke kamar mandi. 

Kakek tersebut tinggal di gubuk kecil itu sekira satu tahun terakhir. Ia memilih tinggal di gubuk itu sepeninggal sang istri lantaran dirinya merupakan warga asli Lebakgede.

Baca Juga:Warga Serang Keluhkan Polusi Udara dari PT CBS, Ngaku Sulit Tidur Karena Pengap

"Saya tinggal di sini satu tahun lebih, sebelumnya tinggal di Petir. Saya tinggal di sini setelah istri meninggal, kebetulan saya orang tua dan sejak kecil saya dari sini," katanya kepada awak media, Rabu (18/12/2024).

Meski memiliki dua orang anak, Maman mengaku kini komunikasi antara dirinya dan anak terputus, kini kedua anaknya tinggal di Lampung. Untuk memenuhi kebutuhannya sehari-hari, Maman menunggu belas kasihan dari warga sekitar.

"Saya memilih tinggal di sini karena kemampuan mereka (kedua anaknya-red) susah juga sama, tinggalnya juga di gunung. Untuk makan sehari-hari saya dikirim oleh warga sini," ungkapnya.

Maman tak memungkiri dirinya tidak nyaman tinggal di gubuk berukuran 1x1,5 meter itu. Terlebih, ketika hujan datang ia kerap merasa kedinginan.

"Kalau ditanya nyaman enggak di sini, saya bilang tidak. Tapi kita bersyukur segini juga bukan kita yang bikin, disyukuri dan dinikmati," paparnya.

Baca Juga:Yandri Susanto Sebut 53 Ribu Desa di Indonesia Rawan Bencana

Lebih lanjut, Maman berharap dirinya dimasukan dalam Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS) agar dirinya bisa memenuhi kebutuhan sehari-harinya.

"Kami berharap bisa mendapat bantuan untuk kebutuhan sehari-hari, bahasanya biar makan sehari sekali juga tidak apa-apa," harapnya.

Selain itu, Maman juga berharap dirinya bisa mendapat bantuan pemeriksaan hingga tindakan medis untuk kedua matanya yang kini sudah tidak bisa melihat. "Saya kepingin dibawa ke ahli syaraf lah, diperiksa matanya,"

Salah satu warga yang merupakan mantan Ketua RT setempat, Muhidin mengungkapkan, Maman sempat tidur di teras warung milik warga sekitar sekembalinya tinggal di Lingkungan Baru, RT/RW 04/04, Kelurahan Lebakgede.

Namun, saat Muhidin masih menjabat sebagai Ketua RT warga berinisiatif untuk membangunkan tempat tinggal seadanya untuk kakek berusia 62 tahun itu.

"Awalnya pak Maman tidurnya di depan warung, cuma warga sekitar yang peduli swadaya membangunkan tempat tinggal ini (gubuk kecil berukuran 1x1,5 meter)," katanya kepada awak media.

Sementara itu, Ketua RW 04, Ahmad Fauzi mengungkapkan, saat ini bantuan untuk Maman akan difokuskan untuk penanganan kesehatan matanya.

"Untuk proses saat ini mengarah ke kesehatan dan kita sudah tekankan ke kader untuk dibawa ke Puskesmas, sekarang lagi proses kita akan bawa ke RSUD Serang, diobati matanya," kata

Kata dia, informasi mengenai Maman yang tinggal di gubuk kecil ini sudah sampai pada Dinas Sosial atau Dinsos Kota Cilegon. Namun, ia tak menapik jika Dinsos Kota Cilegon belum mengunjungi kakek 62 tahun itu.

"Kita menunggu dari Dinsos kemudian menunggu perpanjangan BPJS (Badan Penyelenggara Jaminan Sosial) diaktifkan lagi, karena Dinsos enggak mau kalau di aktifkan doang tapi enggak dipakai," ungkapnya.

Lebih lanjut, ia menyebut Lurah Lebakgede dan Camat Pulomerak sudah seringkali mengunjungi Maman untuk memberi bantuan.

"Pak Lurah dan Pak Camat sudah sering bolak balik, bahkan pak Seklur juga, bukan sekali dua kali. Saya ditanya gimana Pak RW, saya bilang harus sehat dulu pak, kalau sudah sehat ke mana arahnya kan enak," ujarnya.

Kontributor : Yandi Sofyan

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini