SuaraBanten.id - Kisah pilu dialami Maman, kakek berusia 62 tahun yang tinggal di gubuk kecil berukuran 1x1,5 meter di Lingkungan Baru 1, RT/RW 04/04, Kelurahan Lebakgede, Kecamatan Pulomerak, Kota Cilegon, Banten. Diketahui, Kota Cilegon merupakan kota terkaya ke-4 se-Indonesia berdasarkan perhitungan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten dan Kota di Indonesia. Cilegon juga merupakan kota terkaya pertama di Provinsi Banten.
Kakek tersebut tinggal di gubuk berdiding GRC dengan atap asbes yang didirikan dari hasil swadaya warga sekitar. Awalnya Maman tidur di teras salah satu warung warga sekitar, namun warga yang peduli akan kondisinya memutuskan untuk membangunkan tempat tinggal untuknya.
Selain tinggal di gubuk kecil berukuran 1x1,5 meter, kakek tersebut juga dibangunkan kamar mandi untuk buang air kecil dan mandi oleh warga sekitar. Lantanran pandangan kedua matanya sudah kabur dan tidak jelas, untuk ke kamar mandi Maman mesti berjalan sambil meraba gubuknya hingga sampai ke kamar mandi.
Kakek tersebut tinggal di gubuk kecil itu sekira satu tahun terakhir. Ia memilih tinggal di gubuk itu sepeninggal sang istri lantaran dirinya merupakan warga asli Lebakgede.
Baca Juga:Warga Serang Keluhkan Polusi Udara dari PT CBS, Ngaku Sulit Tidur Karena Pengap
"Saya tinggal di sini satu tahun lebih, sebelumnya tinggal di Petir. Saya tinggal di sini setelah istri meninggal, kebetulan saya orang tua dan sejak kecil saya dari sini," katanya kepada awak media saat ditemui di gubuk kecilnya, Rabu (18/12/2024).
Meski memiliki dua orang anak, Maman mengaku kini komunikasi antara dirinya dan anak terputus, kini kedua anaknya tinggal di Lampung. Untuk memenuhi kebutuhannya sehari-hari, Maman menunggu belas kasihan dari warga sekitar.
"Saya memilih tinggal di sini karena kemampuan mereka (kedua anaknya-red) susah juga sama, tinggalnya juga di gunung. Untuk makan sehari-hari saya dikirim oleh warga sini," ungkapnya.
Maman tak memungkiri dirinya tidak nyaman tinggal di gubuk berukuran 1x1,5 meter itu. Terlebih, ketika hujan datang ia kerap merasa kedinginan.
"Kalau ditanya nyaman enggak di sini, saya bilang tidak. Tapi kita bersyukur segini juga bukan kita yang bikin, disyukuri dan dinikmati," paparnya.
Baca Juga:Yandri Susanto Sebut 53 Ribu Desa di Indonesia Rawan Bencana
Lebih lanjut, Maman berharap dirinya dimasukan dalam Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS) agar dirinya bisa memenuhi kebutuhan sehari-harinya.