Selamat dari Tsunami Banten 2018, Masjid Al Khusaeni Banyak Dikunjungi Wisatwan Asing

Berlokasi di pesisir Pantai Carita dan sudah berusia satu abad, Masjid Al Khusaeni pun menjadi salah satu bangunan yang selamat dalam tsunami 2018 lalu.

Hairul Alwan
Selasa, 26 April 2022 | 13:10 WIB
Selamat dari Tsunami Banten 2018, Masjid Al Khusaeni Banyak Dikunjungi Wisatwan Asing
Masjid Al Khusaeni yang berlokasi di Pantai Carita, Desa Sukajadi Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten dibangun tahun 1889 atau enam tahun setelah meletus Gunung Krakatau 1883 kini mendunia. [ANTARA/HO-Mansur]

SuaraBanten.id - Dibangun enam tahun setelah letusan Gunung Krakatau 1883 atau tepatnya 1889, Masjid Al Khusaeni yang berada di Pantai Carita, Desa Sukajadi, Kabupaten Pandeglang, Banten kini mendunia hingga banyak dikunjungi wisatawan asing.

Berlokasi di pesisir Pantai Carita dan sudah berusia satu abad, Masjid Al Khusaeni pun menjadi salah satu bangunan yang selamat dalam tsunami 2018 lalu.

Masjid tersebut banyak dikunjungi wisatawan asing yang menikmati panorama alam barat di Provinsi Banten dari berbagai negara di dunia melaksanakan shalat di masjid itu.

Ketua Dewan Kemakmuran Masjid (DKM) Masjid Al Khusaeni Pantai Carita H Tata Suharta mengatakan, sejumlah wisatawan asing yang berkunjung kebanyakan dari Negara Arab, Asean, Eropa dan Afrika.

Baca Juga:Aktifitas Erupsi Gunung Anak Krakatau Meningkat, BPBD Pandeglang Antisipasi Hal Ini

Wisatawan yang datang kebanyakan melaksanakan shalat di Masjid Al Khusaeni Pantai Carita memiliki kekhusyuan juga suasananya cukup dingin dengan masjid kuno.

Kata Tata Suharta, pembangunan Masjid Al Khusaeni dilakukan setelah diterjang dahsyat letusan Gunung Krakatau. Saat itu, Al Khusaeni sedang berguru kepada Syekh Nawawi Al-Bantani di Mekah, Arab.

Mendapat informasi tersebut, Al Khusaeni kembali ke Tanah Air untuk kembali membangun masjid akibat dampak letusan Gunung Krakatau.

Kondisi Masjid Al Khusaeni pantai Carita bertingkat atau tumpang yang berjumlah empat tingkatan. Arsitektur pengaruh lokal terlihat pada komponen pelipit seperti pada candi dan mustoko atau kubah.

Sementara, pengaruh asing terlihat pada tiang-tiang semu atau pilaster seperti pada bangunan kolonial. Bentuk pembangunannya masih tipe bangunan kuno asli Indonesia.

Baca Juga:Geger Pencurian Celana Dalam di Kosan Cilegon, Diduga Digunakan untuk Pemuas Nafsu

Selama ini, kata Tata Suharta kondisi Masjid Al Khusaeni masih utuh pada bagian ruangan tengah dengan empat tiang penyangga juga mimbar dan genteng. Diperkirakan bangunan masjid itu sekitar 85 persen masih asli dan hanya dua kali dilakukan pemugaran tahun 2005 dan 2007.

Pemugaran dan renovasi pembangunan itu pada bagian beton tiang depan, karena kondisinya miring akibat gempa, katanya. Selain itu, juga pemugaran pada bagian tempat wudhu dan toilet.

Saat ini, kata dia, Masjid Al Khusaeni Pantai Carita seluas 1.000 meter persegi menghadap Gunung Anak Krakatau mampu menampung 400 orang. Kehadiran masjid tua itu juga sebagai pusat syiar Islam di Banten.

"Sebab, dulu pendiri masjid Syech Al Khusaeni juga memimpin pondok pesantren dan santrinya itu dari berbagai daerah di Provinsi Banten hingga Jawa Barat," ungkapnya.

Beruntung, bencana tsunami yang menerjang pesisir Pantai Carita tahun 2018 Masjid Al Khusaeni tidak terdampak, meski lokasinya di tepi pantai, tambahnya.

"Kami melestarikan masjid yang sudah masuk Cagar Budaya itu agar tetap kokoh dan terawat baik," ujarnya.

Ia mengatakan, kegiatan keagamaan pada bulan suci Ramadhan Masjid Al Khusaeni cenderung meningkat, seperti shalat terawih dan tadarus alquran.

Selain itu juga siraman rohani usai shalat fardhu hingga diskusi pengajian.

" Kami setiap Ramadhan menyelenggarakan kegiatan keagamaan di masjid tua itu," pungkasnya. (Antara)

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini