Tol Serang-Panimbang Sudah Beroperasi, Nasib Sekolah Terdampak Belum Jelas

Dua sekolah yakni SD Negeri Inpres Cikeusal dan SD Negeri Cipete di Kecamatan Kragilan yang masih belum jelas nasibnya.

Hairul Alwan
Kamis, 18 November 2021 | 10:47 WIB
Tol Serang-Panimbang Sudah Beroperasi, Nasib Sekolah Terdampak Belum Jelas
Gerbang Tol Rangkasbitung. [Bantennews]

SuaraBanten.id - Tol Serang-Rangkasbitung yang sudah mulai dioperasikan, kemarin, Rabu (17/11/2021). Namun, di tengah operasi Tol Serang-Panimbang yang diresmikan Presiden Jokowi itu ada terdapat cerita tersendiri bagi 2 dari 4 sekolah yang terdampak pembangunan tersebut.

Dua sekolah itu yakni SD Negeri Inpres Cikeusal dan SD Negeri Cipete di Kecamatan Kragilan yang masih belum jelas nasibnya.

Diketahui, ada 4 sekolah terdampak pembangunan Tol Serang-Panimbang Seksi I Ruas Serang-Rangkasbitung yaitu. Sekolah tersebut terdiri atas 3 sekolah di Kecamatan Cikeusal yakni SD Negeri Inpres, SD Negeri Cilayangguha, SD Negeri Seba dan SD Negeri Cipete yang berada di Kecamatan Kragilan.

Soal 4 sekolah itu, PT Wika Serang Panimbang (WSP) berencana membangun kembali atau merelokasi sekolah. Namun, hingga kini hanya 2 sekolah yang telah dibangun yakni SD Negeri Cilayangguha dan SD Negeri Seba.

Baca Juga:Jajal Tol Serang-Rangkasbitung, Bupati Lebak: Tol Dukung Sektor Pariwisata

Pihak PT WSP telah merelokasi SD Negeri Seba dan saat ini sekolah sudah siap beroperasi. Sedangkan SD Negeri Cilayangguha masih proses pembangunan saat ini sudah sekitar 80 persen.

SD Negeri Inpres Cikeusal yang berdampingan dengan Tembok Pembatas Tol Serang Panimbang. Nindi
SD Negeri Inpres Cikeusal yang berdampingan dengan Tembok Pembatas Tol Serang Panimbang.  [Bantennews]

Berdasarkan pantauan BantenNews.co.id--Jaringan SuaraBanten.id, bangunan SD Negeri Inpres Cikeusal tepat bersebelahan dengan tembok pembatas tol. Hal ini tentunya berpengaruh dengan aktivitas belajar mengajar yang dilakukan oleh para guru dan murid.

Salah satu guru berinisial UM mengaku prihatin dengan keadaan tersebut. Tak hanya memikirkan nasib para murid yang nantinya akan belajar dengan suara bising, guru tersebut juga memikirkan akses para murid menuju ke sekolah.

“Tanahnya itu separuh udah kebawa ke tol. Saya bingungnya gimana murid nyebrangnya kan muridnya ada yang dari Ciremai, Dukuh, ada yang dari Kampung Pasir Gadung juga. Kita juga mempertanyakan gimana ini kalau jalan tol udah aktif, gimana anak-anak ke sekolahnya,” ujarnya pada BantenNews.co.id ketika ditemui di lokasi.

Senada dengan UM, Agung yang juga merupakan guru di sekolah tersebut merasa miris. Ia juga mengatakan beberapa kali tim dari pembangun tol datang untuk merelokasi namun tidak kunjung terjadi dikarenakan permasalahan lahan yang tak selesai-selesai.

Baca Juga:Diresmikan Presiden Jokowi, Tol Serang-Rangkasbitung Belum Bisa Dilalui

Lahan yang sempat disetujui oleh Bupati Serang untuk relokasi SD Negeri Inpres Cikeusal, kata Agung pun gagal setelah dilakukan peninjauan ulang lantaran lahan dinilai tidak stabil.

“Ada beberapa opsi ya, waktu itu ada yang sempat sudah disetujui bu Tatu (Bupati Serang) tapi ternyata begitu ada survei lagi katanya tanahnya labil. Waktu itu sempat diusulkan juga untuk dibuat jembatan penyebrangan saja tapi setelah itu datang lagi tim turun katanya udah relokasi saja, ada beberapa tim juga turun hitung-hitung masalah katanya ini kan yang perlu dihitung hanya bagian sini, bagian sananya belum. Terakhir sih katanya pindah ke Kubang Asem tapi enggak jadi lagi,” jelas Agung.

Alasan tidak jadinya direlokasi yaitu dikarenakan ukuran lahan yang baru tak sesuai dengan ukuran lahan yang dimiliki oleh SD Negeri Inpres Cikeusal.

“Alasannya yaitu satu masalah lahannya, kita punya 2.500 terus sepakatnya enggak apa-apa nih dua ribu tapi begitu digambar hanya seribu sekian,” kata Agung.

Terkait kepastian kapan sekolah tersebut akan direlokasi, pihak sekolah hanya bisa pasrah menunggu kepastian dari PT WSP.

“Nanti nunggu lagi dari mereka kabarnya. Kalau keganggu pastinya terganggu, dari awal juga. Awalnya juga itu tanah sekolah enggak begitu tadinya dibawah sekarang di atas. Itu yang riskan kalau misal nanti sudah operasi ya terbayang, siswa kita kan banyaknya dari arah Timur. Ke sekolah itu nyebrang riskan,” ujar Agung.

Tak hanya riskan bagi para murid ke sekolah yang menyebrang untuk menuntut ilmu. Menurut Agung jembatan penyebrangan juga penting untuk masyarakat sekitar.

“Belum dibangun (jembatan penyebrangan). Mungkin nanti kalau misal dibangun jembatan itu kalau tidak jadi relokasi. Tapi kalau itu sebetulnya jadi tidak jadi (relokasi) kan riskan dengan masyarakat terlepas dari sekolah ya. Masyarakat aja riskan kalau sudah beroperasi keadaan jalannya seperti itu. Apakah nanti mereka (PT WSP) ada plan apa rencana apa kita belum tahu,” kata Agung.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini