SuaraBanten.id - Dosen Universitas Indonesia sekaligus pegiat media sosial, Ade Armando angkat suara atas tudingan terhadap dirinya sebagai anggota perkumpulan LBGT (Lesbian, Gay, Bisex, Transgender).
Ade Armando tampak santai menanggapi tudingan tersebut dan menilai bahwa menjadi LGBT bukan aib.
Tanggapan atas tudingan Ade Armando Anggota perkumpulan LGBT disampaikannya melalui video berjudul “Mereka (Mencoba) Menteror Agar Saya Bungkam” yang tayang di Cokro TV, Rabu (3/11/2021).
Pada awal video, Ade Armando menceritakan ada pasukan cyber yang meretas dan membongkar informasi pribadi dari emailnya.
Baca Juga:Menohok! Bolehkah Rizieq Dipukuli dan Wajahnya Dilumuri Kotoran? Ini Jawaban Ade Armando
Kata Ade, pasukan cyber tersebut juga memanipulasi data pribadi yang terhubung dengan email Ade Armando dan menyebarkannya kepada publik.
Lebih lanjut, Ade menuturkan, data dan peretasan itu dimuat pelaku dalam satu menit video yang telah disebarkan di publik.
Salah satu isi video tersebut adalah data Ade Armando di Direktori Kepakaran Universitas Indonesia, universitas tempatnya mengajar.
“Kemudian mereka menunjukkan mereka seolah berhasil mengubah data tentang karier saya,” kata Ade Armando, seperti dikutip Terkini.id.
“Di situ mereka tambahkan, mereka tulis saya adalah Anggota Persatuan LGBT Sedunia, Basel Swiss (2007 sampai sekarang),” tambahnya.
Baca Juga:Ade Armando Sebut Habib Rizieq Shihab Bukan Ulama: Memalukan Umat Islam
Selain itu, kata Ade Armando, pada data itu juga dituliskan bahwa ia adalah Buzzer Istana Merdeka di bahwa pimpinan Kakak Pembina Moeldoko.
Ia lalu menyinggung bahwa siapa pun pelaku pembuatan video ini, mereka adalah orang yang tolol dan pengecut.
Mereka, lanjut Ade Armando, sedemikian tololnya sehingga menyangka bahwa hal semacam ini akan berdampak dan membuatnya ketakutan.
Padahal, katanya, data-data seperti nama hingga nomor telepon memang tak pernah ia tutup-tutupi selama ini.
Ade Armando juga mempertanyakan apa gunanya orang tersebut memanipulasi datanya usai masuk ke backend emailnya.
“Memang ada yang percaya kalau saya menyatakan diri Anggota Persatuan LGBT Sedunia? Memang ada yang percaya bahwa saya buzzer Istana Merdeka di bahwa Moeldoko?” katanya.
Dosen UI ini mengaku tak takut nomor HP-nya tersebar sebab selama ini ia sudah sering menerima panggilan dan pesan-pesan mengganggu yang menyumpahinya.
Namun, ia menilai bahwa cara-cara tak beradab seperti ini tak perlu dirisaukan. Baginya, ini hanyalah semacam efek samping dari kebebasan berekspresi.
Kendati demikian, ia juga menegaskan bahwa peretasan merupakan tindakan kriminal dan polisi akan menerima laporannya jika ia melaporkan.
“Tapi, kalau yang mereka lakukan baru sampai memanipulasi data saya sehingga saya seolah-olah adalah anggota perkumpulan LGBT, ya sudahlah. Kan menjadi LGBT juga bukan aib,” kata Ade Armando.
“Tapi kalau mereka mulai bergerak lebih jauh, misalnya dengan memanipulasi seolah saya mengirimkan materi pornografis, saya akan serius melaporkannya secara hukum,” tambahnya.