SuaraBanten.id - Keluarga co-pilot pesawat Sriwijaya Air SJ 182, Diego Mamahit mendatangi Posko Ante Mortem - DVI di RS Polri Kramat Jati, Jakarta Timur dalam rangka menyerahkan data antemortem untuk identifikasi.
"Kami tetap percaya bahwa Diego pasti selamat. Tuhan baik, Diego orang baik, dia sayang sama keluarganya, dia sayang kita semua. Kami percaya sampai detik ini Diego selamat. Dia bisa berjuang, dia sudah diajari recovery kalau terjadi kejadian terburuk apapun," jelas kakak kandung Diego, Chris Mamahit, tentang adik bungsunya yang telah menjalani pendidikan penerbang sejak 2011 dan menjadi co-pilot mulai 2015.
Chris Mamahit datang bersama adiknya, Emily dan kedua orangtuanya di RS Polri, Jakarta Timur, pada Minggu (10/1/2021) pagi.
Ia berkisah selama ini Diego Mamahit selalu berhati-hati dan memastikan kondisi pesawat siap terbang sebelum lepas landas.
Baca Juga:Sriwijaya Air Jatuh Buatan Tahun 1994, KNKT: Kalau Dirawat Tak Ada Masalah
"Kami tidak ada yang menduga ini semua. Ini murni insiden kecelakaan," papar Chris Mamahit.
"Dia selalu bilang sama saya, "Saya tidak akan jalan kalau pesawatnya rusak". Saya pegang kata-kata dia. Saya sampai ancam dia, "Kalau pesawatnya rusak kamu jangan jalan ya". Saya selalu bilang kepada Diego. Dia bilang, "Ya, saya pastikan pesawatnya layak jalan setiap kali akan jalan"," ungkapnya menirukan kalimat adiknya itu.
Diego Mamahit sempat pamit akan terbang kepda keluarganya sekitar pukul 13.40 WIB atau satu jam sebelum take-off, namun pamit akan bertugas ke Padang.
"Ternyata itu rutenya Jakarta-Pontianak-Jakarta-Padang-Jakarta. Jadi Jakarta itu nanti, bukan siangnya. Intinya dia harus ke Pontianak dulu," jelas Chris Mamahit.
Diketahui, pesawat Sriwijaya Air SJ 182 jatuh di perairan Kepulauan Seribu antara Pulau Laki dan Pulau Lancang, Kabupaten Kepulauan Seribu, DKI Jakarta pada Sabtu (9/1/2021).
Baca Juga:Sinyal Pesawat Sriwijaya Air SJ182 Jatuh Terlacak
Pesawat bernomor registrasi PK-CLC jenis Boeing 737-500 itu hilang kontak setelah take-off dari Bandara Sukarno Hatta pada pukul 14.40 WIB dan dijadwalkan mendarat di Bandara Supadio Pontianak pukul 15.50 WIB.
Koordinat hilangnya pesawat adalah 11 nautical mile di utara Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Tangerang, setelah melewati ketinggian 11.000 kaki, saat menambah ketinggian di 13.000 kaki.