Kisah Sedih Anak Yatim-Piatu Tahan Lapar karena Jadi Korban Santunan Bodong

Julaeha hanya bisa menyimpan kekecewaan dan belum berfikir masalah tersebut akan dibawa ke ranah hukum.

Chandra Iswinarno
Kamis, 16 Juli 2020 | 02:45 WIB
Kisah Sedih Anak Yatim-Piatu Tahan Lapar karena Jadi Korban Santunan Bodong
Para anak yatim piatu saat ikut kegiatan santunan di Masjid Jami'atul Iqro di Kampung Laba, Desa Cikondang, Kecamatan Labuan, Pandeglang, Banten, Minggu (12/7/2020). [Ist]

SuaraBanten.id - Masih terasa jelas sesak rasa di dada Julaeha, warga Desa Tarumanegara,Kecamatan Cigeulis Kabupaten Pandeglang, mesti menahan rasa lapar dan kecewa saat mengantar adiknya bernama Muhammad Sa'i saat ikut kegiatan santunan bodong di Masjid Jamiatul Iqro Kampung Laba, Desa Cigondang, Kecamatan Labuan.

Julaeha dan puluhan warga di desanya tak menyangka kegiatan itu bohong alias tidak ada kegiatan santunan. Apalagi saat berangkat ke lokasi itu ia dan adiknya tidak membawa uang. Secara otomatis ia harus menahan lapar seharian karena tidak diberikan konsumsi.

"Bukan sedih-sedih lagi kami, sudah lapar seharian pas lagi gak pegang uang karena mendadak ini," ungkap Julaeha saat dihubungi Suarabanten.id, Rabu (15/7/2020).

Selama satu hari di masjid, Julaeha dan ribuan anak yatim-piatu terkatung-katung tanpa kejelasan. Ia tak bisa berbuat apa-apa dan hanya bisa  menangis saat adiknya meminta jajanan, bahkan tak sedikit anak yatim-piatu masuk angin karena perut kosong.

Baca Juga:Ribuan Yatim Piatu Jadi Korban Santunan Bodong, Polisi Lakukan Pulbaket

"Seharian kita nggak diapa-apain. Mau jajan minta ke siapa adik sayanya, kelaparan kita sehari,  sedih kami hanya nangis. Pulang ke rumah masuk angin semuanya," ungkap Julaeha.

Begitu pun dengan anak yatim lainnya yang ditemui Julaeha saat berada di masjid tersebut. Pun suara tangis anak yatim-piatu menambah kesedihan di suasana yang serba tidak pasti. Lagi-lagi ia menemukan anak yatim menangis karena masuk angin karena harus menahan rasa lapar.

"Ada yang masuk angin segala (pas di masjid ) itu anak yatim sambil nangis. Pas saya tanya kenapa nangis, katanya sakit  kepala, terus dikerok segala, katanya di rumahnya belum makan apa-apa,"ungkapnya.

Sebagai warga yang awam dan bukan orang bukan orang yang paham soal hukum, Julaeha hanya bisa menyimpan kekecewaan dan  belum berfikir  masalah tersebut akan dibawa ke ranah hukum. Namun  Julaeha yakin ada korban lain yang sudah membuat laporan ke pihak kepolisian.

"Kalau buat laporan mah, kami mah nggak berani karena kami orang bodoh dan banyak takut, khawatir nantinya terjadi apa-apa. Cuman kami yakin pasti sudah ada yang melaporkan."

Baca Juga:Lihat Ribuan Yatim Piatu Jadi Korban Santunan Bodong, Marbot Masjid Nangis

Berbeda dengan Julaeha, aksi main hakim sendiri malah nyaris terjadi setelah puluhan warga geram dan hendak membakar rumah sang donatur berinisial AA yang diketahui merupakan warga Desa Mekarsari Kecamatan Panimbang. Namun aksi tersebut urung dilakukan usai digagalkan kepala desa setempat.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini