Dinkes Serang Sebut Rawat Jalan DBD di Rumah Bisa Berujung Maut, Begini Penjelasannya

Dinkes Serang menyoroti keterlambatan penanganan medis kasus DBD akibat terlalu lama dirawat di rumah bisa menjadi penyebab fatal yang bisa merenggut nyawa.

Hairul Alwan
Jum'at, 11 Juli 2025 | 14:36 WIB
Dinkes Serang Sebut Rawat Jalan DBD di Rumah Bisa Berujung Maut, Begini Penjelasannya
Ilustrasi DBD- Jumlah kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kota Serang menurun namun ada satu kasus kematin lataran penanganan terlambat akibat terlalu lama dirawat di rumah. [Ist]

SuaraBanten.id - Jumlah kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kota Serang menunjukan tren penurunan, namun satu kasus kematian tetap perlu menjadi pengingat untuk kita semua.

Dinas Kesehatan atau Dinkes Serang menyoroti keterlambatan penanganan medis kasus DBD akibat terlalu lama dirawat di rumah bisa menjadi penyebab fatal yang bisa merenggut nyawa.

Dinkes Serang juga menekankan pentingnya kesadaran masyarakat terhadap gejala DBD yang memerlukan kecepatan dan ketepatan dalam penangannnya.

Menurut data Dinkes Serang satu nyawa melayang akibat DBD di Kota Serang sepanjang periode Januari hingga Mei 2025.

Baca Juga:Upaya Damai Bisa Berujung Pidana, Pihak yang Halangi Kasus SMAN 4 Serang Terancam 5 Tahun Penjara

Dinkes Serang mengungkapkan, kasus kematian ini bukan disebabkan oleh lonjakan kasus, melainkan karena penanganan pasien yang terlambat.

Insiden tragis ini menjadi peringatan serius bagi masyarakat untuk tidak menganggap remeh gejala DBD dan bahaya melakukan perawatan mandiri di rumah tanpa pengawasan medis.

Kepala Dinas Kesehatan Kota Serang, Ahmad Hasanuddin, mengonfirmasi bahwa dari 30 kasus DBD yang tercatat dari Januari hingga Mei 2025, satu pasien meninggal dunia.

Kata dia, penyebab utamanya adalah keterlambatan dalam mendapatkan penanganan medis profesional karena pasien terlalu lama dirawat di rumah.

Meski ada korban jiwa, tren kasus DBD tahun ini sebenarnya menunjukkan penurunan signifikan dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang mencapai 80 kasus.

Baca Juga:Simpang Siur Jadwal Sidang Terdakwa Kasus Mutilasi di Gunungsari Picu Amarah Keluarga

"DBD di Kota Serang tidak seperti tahun lalu. Hingga Mei 2025, masih berada di 30-an kasus, dan mudah-mudahan tidak lebih dari itu, kalau untuk bulan Juni dan Juli saya belum cek lagi," katanya dilansir dari ANTARA, Jumat 11 Juli 2025.

Puluhan kasus yang dilaporkan dari 16 puskesmas di enam kecamatan ini menunjukkan bahwa ancaman DBD masih nyata.

Menanggapi hal ini, Dinkes lebih mengutamakan langkah pencegahan di hulu daripada penanganan di hilir. Upaya pemberantasan sarang nyamuk melalui gerakan 3M Plus (Menguras, Menutup, dan Mengubur) terus digalakkan sebagai metode paling efektif.

Dinkes secara tegas menyatakan bahwa fogging atau pengasapan bukanlah solusi utama untuk memberantas DBD. Metode ini dinilai hanya memberikan solusi sesaat.

"Kalau fogging itu hanya membunuh nyamuk dewasa, sehingga jentik nyamuk itu masih hidup. Yang paling efektif tetap 3M," tegasnya.

Masyarakat diimbau untuk lebih proaktif menjaga kebersihan, terutama pada genangan air bersih yang seringkali luput dari perhatian, karena di sanalah nyamuk Aedes aegypti berkembang biak.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini