“Sepeserpun saya tidak meminta iuran kepada para santri dan masyarakat yang ngaji pasaran disini, karena niat saya itu belajar sama-sama dan tidak ada paksaan juga, kalau mau ngaji monggo, tidak pun monggo,” terangnya.
Meski demikian, pihaknya selalu menekankan kepada santrinya untuk bisa disiplin dan mandiri. Seperti halnya mencuci baju, dan masak saat buka puasa dan sahur, itu harus dilakukan oleh santri sendiri. Pihaknya tidak menyediakan jasa masak dan mencuci baju.
“Berbeda dengan modern kita, itu harus santri yang mencuci sendiri dan masak sendiri. Kalau masak kan santri bisa sama-sama, buka puasa dan saur sama-sama sesama santri yang ada disini. Saya juga mengajarkan supaya santri ini mandiri tidak manja,” ungkap Ustaz Abdul Aziz.
Ia memaparkan, pendidikan yang diberikan Utaz Abdul Aziz kepada para santri itu sangat bermakna di mata para santri. Sebut saja Tomi, salah seorang santri asal Ciruas mengaku, sangat bersyukur bisa mengikuti ngaji pasaran di Ponpes Miftahul Hidayah.
Baca Juga:JRDP Soal Ratu Tatu Chasanah Mangkir Panggilan Bawaslu, Singgung Moral Bupati Serang ke Masyarakat
“Bersyukur saya bisa ngikut pasaran disini, selain ilmu agama yang saya dapat, saya juga mendapatkan ilmu tentang kemandirian hidup di Ponpes ini,” kata dia.
Dirinya tidak mempermasalahkan berbuka dan saur seadanya. Justru ia mengaku, merasa nyaman dan nikmat melakukan buka puasa dan saur dengan santri-santri lainnya di Ponpes tersebut.
“Engga masalah sih, namanya pondok salafi mas, ya pasti seperti ini. Justru dengan seperti ini kita bisa mandiri dan tidak tergantung kepada orang lain,” pungkasnya.
Kontributor : Yandi Sofyan
Baca Juga:Mangkir dari Panggilan Bawaslu, Pengamat Sebut Bupati Serang Harusnya Jaga Reputasi