Cerita Balita Penderita Stunting di Pandeglang, Umur 1 Tahun Cuma Memiliki Berat Badan 5 Kg

Bocah berjenis kelamin perempuan ini divonis dokter mengidap stunting pada 23 Mei 2022 lalu.

Hairul Alwan
Selasa, 23 Agustus 2022 | 11:52 WIB
Cerita Balita Penderita Stunting di Pandeglang, Umur 1 Tahun Cuma Memiliki Berat Badan 5 Kg
ILUSTRASI anak stunting di Cadasari, Kabupaten Pandeglang, Banten. [Suara.com/Angga Budhiyanto]

SuaraBanten.id - Siti Anisa, balita 1,2 bulan kondisi berat badannya terus menyusut. Bocah berjenis kelamin perempuan ini divonis dokter mengidap stunting pada 23 Mei 2022 lalu.

Anisa bukan satu-satunya mengalami nasib kurang beruntung. Ada sebanyak 6.331 anak stunting di Kabupaten Pandeglang, Banten yang mengalami stunting. Dengan jumlah tersebut Kabupaten Pandeglang menempati posisi kasus stunting tertinggi se Banten.

Ibu kandung Anisa, Nefianti (25) menceritakan bagaimana kisah Anisa hingga menderita stunting. Kala itu Anisa menderita sakit batuk, pilek dan panas saat tinggal di rumah suaminya, Hendra (30) di daerah Pamarayan, Kabupaten Serang.

Nefi kemudian membawanya ke bidan untuk berobat namun tak membuat Anisa membaik justru kondisinya semakin parah.

Baca Juga:Eks Kadis dan Sekdis Dindikbud Banten Terdakwa Korupsi Komputer UNBK Rp25 Miliar Divonis 16 Bulan

"Berat badan tiap bulan turun aja. Batuk pilek gak mau berhenti," kata Nefi kepada wartawan, Senin (22/8/2022).

Kondisi itu membuat Nefi panik dan memilih membawa anaknya itu pulang ke kampung halamannya di Kampung Sarabaya, Desa Ciinjuk, Kecamatan Cadasari, Kabupaten Pandeglang.

Di Posyandu, dia mengeluh ke bidan yang bertugas bahwa berat badan anaknya tak kunjung malah cendrung turun padahal asupan makanan dan vitamin normal sama dengan halnya balita lain.

"Lalu diperiksa dokter gizi nafas gak stabil keadaannya lesu, lemes aja. Seminggu bulak balik terus puskesmas kemudian dirontgen hasilnya positif paru-paru awalnya," katanya.

Dia sempat merasa aneh anaknya bisa menderita penyakit paru, sebab, selama ini dia mengaku tidak pernah membakar obat nyamuk di dekat bayinya, suaminya pun tak berani merokok saat di rumah.

Baca Juga:Nyalip Truk dari Kiri, Pemotor di Kibin Serang Terjatuh Lalu Tewas Terlindas Truk

"Kata dokter pake obat nyamuk gak? saya jawab enggak, ayahnya ngerokok gak boleh. Tapi mungkin dari debu, memang di Pamarayan cuaca panas suka ngebul debu lingkungannya," ungkapnya.

Selain didiagnosis tuberkulosis paru, kemudian Anisa divonis menderita stunting karena mengalami pelambatan pertumbuhan. Saat berusia satu tahun berat badan Anisa hanya seberat lima kilogram saja.

"Napsu makanya gak ada. Cuma 4 suap makan, kalau pagi bangun tidur banyak, siang sore-paling 4 suap," kata Nefi menceritakan kondisi anaknya.

Perkembangan motoriknya pun tidak sama seperti balita yang lain, bahkan untuk bisa duduk pun harus dibantu oleh orang lain.

"Seumur kaya dia harusnya sudah bisa merangkak ini mah gak bisa apa-apa. Kalau udah duduk-duduk, duduk aja. Kalau udah tidur tidur aja gak bisa ngapa-ngapain," Tutur Nefi melanjutkan ceritanya.

Segala usaha untuk memperbaiki kondisi kesehatan Anis sudah dilakukan sang ibu, Nefianti. Mulai dari membawanya ke Puskesmas hingga dilakukan perawatan ke dokter gizi.

"Kata dokter memang pertumbuhannya lambat gitu tar juga sedikit-sedikit bisa," tuturnya menirukan ucapan sang dokter.

Sekarang Anisa pun rutin dilakukan pemantauan dua minggu sekali oleh bidan dan dokter gizi dari Puskesmas dan biayanya sudah ditanggu oleh pemerintah.

"Cuma hanya dikasih obat paru yang gratis, kalau vitamin sirup dari luar harus beli. (Vitamin sirup) anjuran dari dokter tapi tidak ada di puskesmas," ucapnya.

Al hasil, setiap bulan dia harus menanggung sendiri biaya pembelian vitamin jenis sirup yang dianjurkan dokter gizi. Kondisi ini yang membuat berat ditengah keterbatasan ekonimi. Suami Nefiant, Hendra hanya bekerja sebagai harian lepas di sebuah toko keramik di Serang.

Anisa merupakan anak ketiga dari pernikahannya dengan Hendra, anak pertamanya sudah terlebih dahulu meninggal mendahului kedua orangtuanya. Berbeda dengan anak ketiga, justru anak keduanya normal.

"Jangankan buat berobat buat makan jajan saja kekurangan," imbuh Neti mengeluhkan kondisi ekonominya.

Semenjak dilakukan pemantauan selama tiga bulan dan rutin minum obat dan vitamin, kata Nefi, anaknya mengalami perkembangan yang baik, berat badannya kini bertambah menjadi 7 kilogram di usia 1,2 bulan.

"Sekarang mah kalau duduk pegangan berdiri sendiri. Sudah mulai ngesot juga," pungkasnya.

Kontributor : Anwar Kusno

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini