Oleh karena itu, di hari berikutnya, Irene pun memutuskan untuk meminjam Al-Qur’an yang memiliki terjemahan.
“Saya pulang ke biara dan malamnya saya baca Al-Qur’an, tapi cara baca terbalik. Saya buka dari belakang, bukan dari depan, maka saya berjumpa surat Al Ikhlas,” ungkapnya dalam tayangan di kanal YouTube Cinta Quran TV.
“Ini jawaban Allah. Baru baca terjemahan itu saja, saya sudah terkejut. Ini yang mutlak benar. Bagi saya Allahu Ahad, Allah itu Esa, itu ya betul. Enggak mungkin dua, kalau dua (Tuhan) itu ciptaan,” katanya.
Baca Juga:Kisah Biarawati Irena Handono, Mantap Jadi Mualaf usai Cari Kelemahan Islam
Konsep ketuhanan di Al-Qur’an itu menurutnya adalah sempurna dan tak terbantahkan.
Sebelum menemukan konsep ketuhanan di Al-Qur’an, ia mengaku didoktrin soal pengandaian berbagai konsep Tuhan yang ada sisi kelemahannya, misalnya konsep Tuhan itu satu dalam segitiga.
Maka dari itu, ia penasaran bagaimana kalau nanti ada perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, maksudnya apakah bisa nanti konsep ketuhanan bisa menjadi segi empat dan artinya Tuhan ada penambahan.
Namun, kala itu Irena dilarang untuk menggugat hal dasar seperti itu karena katanya terlarang dalam dogma.
Irena juga merasa pengandaian Tuhan dengan telur pun punya kelemahan konsep secara logika.
Baca Juga:Bule Belgia Ini Pilih Masuk Islam, Alasannya karena Cinta dan Persaudaraan
Itu karena jika konsep Tuhan seperti telur, yang mana pasti punya tiga unsur, yaitu kulit, putih, dan kuning telur, maka tak ada satu unsur saja, berarti tak mungkin menjadi konsep telur.