"Ia bahkan bisa diisolasi dalm lingkungan pertemanan," lanjut Ade Armando.
Namun, menurut Ade, perlakuan dari teman itu tidak sebanding dengan tekanan dari orangtua dan guru.
"Para pemegang otoritas itu gemar menyudutkab siswi tak berjilbab, baik dengan kata-kata halus atau bahkan kasar, misalnya dengan mempermalukan sang siswi di depan kelas," tandasnya.
Ade Armando melanjutkan ceritanya dengan cerita para siswi yang dipaksa keluar atau mengundurkan diri karena tekanan. Begitu pula dengan para pagawai yang bernasib sama.
Baca Juga:Sindir Konten Artis Pamer Harta, Ade Armando: Tak Mikir Kondisi Masyarakat
"Tidak sedikit yang mengalami kegoncangan psikologis, trauma, ketakutan, bahkan berusaha bunuh diri," katanya.
Ade Armando lantas menceritakan bagaimana di keluarganya tidak ada paksaan berjilbab. Istrinya memakai jilbab sementara anaknya tidak.
Baginya, pakaian bukanlah ukuran keimanan seseorang.
"Karena itu, sungguh menyedihkan kalau di Indonesia ini masih bertebaran kaum berpikiran sempit yang menindas kaum perempuan tidak berjilbab," tutur Ade Armando.
Mereka ini, kata Ade, tidak memiliki pengetahuan keagamaan yang cukup sehingga percaya bahwa Tuhan akan menimpahkan azab bagi masyarakat yang mengizinkan warganya tidak berjilbab.
Baca Juga:Dikritik Ade Armando, Pamer Bulan Madu Atta Halilintar - Aurel Memalukan
"Mereka bodoh. Tapi kemudian, dengan kebodohannya itu, mereka ingin mengatur kehidupan orang," pungkasnya.