SuaraBanten.id - Sebuah video yang menunjukkan puluhan orang anak buah kapal (ABK) meminta agar dipulangkan ke Indonesia viral di media sosial.
Salah seorang pria yang ada di dalam video itu mengatakan saat ini dirinya berada di Marshall Islands, kawasan Pasifik.
Dalam video yang diunggah oleh akun Instagram @pemalang.update ia mengatakan, ia bersama kawan-kawannya merupakan pekerja kontrak dari PT Puncak Jaya Samudra.
Ia juga menceritakan pengalaman yang kurang menyenangkan selama bekerja di wilayah tersebut.
Baca Juga:Seorang Nelayan Hilang di Laut Mentawai, Pamitnya Pergi Memancing
"Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh, kepada yang terhormat bapak ibu pemerintah Indonesia yang yang kucintai. Saya mohon bantuan untuk bisa pulang ke negara kami," ucap pria di dalam video.
"Kita sudah finish kontrak kerja, kami dari PT PJS, Puncak Jaya Samudra, total semua orang yang sudah finish kontrak kerja ada 35 orang. Ada yang lima bulan, tiga bulan, bahkan hampir satu bulan," sambungnya, Kamis (14/1/2021).
Lebih lanjut, ia menjelaskan selama berada di lokasi tersebut mereka makan sehari dua kali, sementara pada hari Minggu hanya sekali. Ia juga tidur di tempat yang kurang layak.
Sosok pria yang diketahui bernama Abdullah mewakili kawan-kawannya meminta bantuan untuk dipulangkan ke Indonesia.
"Kepada Bapak yang saya hormati, saya minta tolong dengan amat sangat, tolonglah Pak, pulangkan kami semua. Saya di sini sudah finish. Saya selama di sini sudah lima bulan, tidak dapat gaji, sedangkan kami masih punya tanggungan, Pak. Saya masih punya orang tua, tolonglah Pak, pulangkan kami segera," kata dia.
Baca Juga:Geger! Nelayan Temukan Mayat Mengambang di Perairan Laut Padang
Kasi Pengupahan dan Jaminan Sosial Tenaga Kerja, Disnaker Kabupaten Pemalang, Arya Dhyta, mengatakan telah mengetahui adanya video tersebut. Menurutnya, dari total 35 ABK yang tertahan, 15 orang di antaranya merupakan warga Kabupaten Pemalang.
"15 orang merupakan warga Pemalang, mereka masih tertahan di Majuro negara Kepulauan Marshall. Semestinya, ABK sudah pulang lima bulan lalu," kata Arya, Kamis (14/1/2021) melansir Batamnews (jaringan Suara.com).
Ia melanjutkan, para ABK tersebut tertahan karena pandemi virus Corona. Meski begitu, Arya mengungkap Pemkab Pemalang telah berkoordinasi dengan Kementerian Luar Negeri RI terkait pemulangan para ABK tersebut.
"Dari pihak PT juga sudah memesankan tiket untuk penerbangan 15 Januari mendatang. Namun rencana tersebut mundur dengan alasan belum ada jadwal penerbangan di Majuro," kata Arya.
Ia menambahkan, pemerintah juga akan mengusahakan kepulangan mereka menggunakan kapal jika pesawat tidak memungkinkan. Tidak adanya KBRI di negara itu membuat pemulangan mereka lebih sulit.
"Kami hanya bisa menunggu keputusan dari pemerintah pusat," pungkasnya.