SuaraBanten.id - Terompet jadi salah satu ornamen yang tak terpisahkan dari perayaan tahun baru. Namun, wabah Covid-19 yang mendera hampir seluruh umat di dunia faktanya berdampak pada para penjual terompet.
Imbauan pelarangan untuk merayakan tahun baru di berbagai wilayah nampaknya amat berdampak pada para pengrajin terompet. Salah satunya dialami oleh pengrajin terompet di Kelurahan Cibodas Besar, Kecamatan Cibodas, Sarjono.
Sudah lebih dari 20 tahun ia selalu mengantongi untung fantastis menjelang perayaan pergantian tahun. Namun, tahun ini nampaknya ia sedang tak seberuntung seperti tahun-tahun sebelumnya.
Selama Pandemi Covid-19, Sarjono memilih berhenti memproduksi terompet lantaran khawatir disalahkan akibat adanya kebijakan pelarangan peringatan tahun baru.
Baca Juga:Ngeri! Habis Dipecat, Buruh Pabrik Curi Ekskavator dan Gilas 50 Mobil
Aturan tersebut tentu membuat dilema bagi sebagian besar pedagang dan pengrajin terompet.
"Semenjak ada larangan merayakan tahun baru, para pengrajin memilih untuk berhenti produksi dan harus mengalami kerugian puluhan juta," katanya saat ditemui di kediamannya, Kamis (31/12/2020).
Ia dan para pengrajin terompet lainnya memilih berhenti produksi lantaran takut disalahkan atau mendapat sanksi.
"Kami takut disalahkan, karena apa yang kami jual sangat berhubungan erat dengan perayaan tahun baru," ungkap pria yang memakai peci hitam itu.
Berkaca pada tahun-tahun sebelumnya, menjelang tahun baru Sarjono mengaku bisa memproduksi hingga 25.000 terompet.
Baca Juga:Benarkah Ribuan Jemaah Tanpa Masker Sambut Ustaz Abdul Somad? Ini Faktanya
"Puluhan ribu terompet itu pesanan untuk disebar ke seluruh wilayah Tangerang Raya, ada yang pesanan, ada juga yang keluarga atau teman kita yang berjualan," ungkapnya.
- 1
- 2