Pilkada 2020, Ajang Trah Elit di 4 Wilayah Banten Berebut Suara Milenial

Meski begitu, Daelami menganalisa, tidak menutup kemungkinan adanya poros ketiga di luar poros koalisi yang konsisten menjadi oposisi.

Chandra Iswinarno
Kamis, 17 Oktober 2019 | 22:46 WIB
Pilkada 2020, Ajang Trah Elit di 4 Wilayah Banten Berebut Suara Milenial
Ilustrasi kotak suara. (antara)

SuaraBanten.id - Provinsi Banten akan menggelar pemilihan kepala daerah (pilkada) serentak tahun 2020. Dalam ajang kontestasi politik lokal itu, setidaknya ada empat kabupaten/kota yang akan menggelarnya di provinsi ujung barat Pulau Jawa Tersebut.

Empat wilayah tersebut meliputi Kota Tangerang Selatan (Tangsel), Kabupaten Pandeglang, Kabupaten Serang dan Kota Cilegon. Persaingan politik di wilayah Banten, tentunya tidak bisa dilepaskan dari keberadaan trah elit keluarga dalam peta percaturan politik di dalamnya, yakni Trah Rau, Jayabaya dan Dimyati Natakusumah.

Pengamat politik Banten Institute of Governance Studies (BIGS) Ahmad Daelami mengemukakan tidak semua wilayah yang menggelar pilkada tersebut dapat mudah dikuasai keluarga elit tersebut. Dia menyebut, salah satu wilayahnya adalah Kota Tangerang Selatan (Tangsel).

Dalam Pilkada Tangsel yang memilih wali kota, ada nama kejutan semisal Siti Nur Azizah Maruf yang merupakan putri Wakil Presiden Maruf Amin. Mengacu pada survei yang dilakukan Riset Network Indonesia (RNI), Siti Nur Azizah menjadi calon yang paling populer yakni mencapai 48,36 persen. Siti bersaing dengan Benyaminen Davnie 47,75 persen dan di posisi ketiga ditempati anak Ratu Atut Chosiyah dari Trah Rau, Andiara Aprilia sebanyak 10,13 persen.

Baca Juga:Pilkada Pandeglang, Arena Kontestasi Adu Kuat Trah Keluarga Elit Banten

"Putri Kyai (Maruf) head to head dengan Trah Rau. Kemungkinan ada beberapa partai yang memanfaatkan moment pilpres kemarin untuk mengusung anaknya pak kyai. Karena saat ini masih ada beberapa daerah yang dikuasai dinasti. Jadi ada beberapa partai yang tidak ikut dalam gerbong dinasti itu memanfaatkan momen ini," ujarnya saat dihubungi Suara.com pada Kamis (17/10/2019).

Meski begitu, Daelami menganalisa, tidak menutup kemungkinan adanya poros ketiga di luar poros koalisi yang konsisten menjadi oposisi.

"Kayak PKS kan sudah jelas-jelas mereka di pusat tidak mau bergabung dan di daerah pun mereka memang mempersiapkan orang untuk melawan orang yang ada di daerah," katanya.

Sementara untuk fenomena politik yang terjadi di Kabupaten Pandeglang, Trah Jayabaya seolah ingin mengulangi kejayaannya di Pilkada Lebak dengan menonjolkan sosok Mohammad Nabil Jayabaya yang merupakan anak Mulyadi Jayabaya untuk maju dalam perebutan kursi bupati.

Menurut Daelami, turunnya Nabil tersebut dalam Pilkada Pandeglang menunjukan adanya kelemahan kepemimpinan Irna Narulita yang berasal dari keluarga Dimyati Natakusumah yang dianggap bisa diperbaiki oleh Trah JB. Bahkan memantau kelemahan lawan politik saat ini bisa dilakukan hanya melalui media sosial (medsos).

Baca Juga:Modal Pergaulan, Tukang Galon Nekat Maju di Pilkada Tangsel 2020

"Mereka masuk pun dengan jualan konsep yang bisa diterapkan di sana (Pandeglang). Misal pembangunan di Lebak lebih baik, dari hal infrastruktur jalan. Dan mereka (warga) membanding-bandingkan dengan (daerah yang) tidak jauh. Kalau tidak dengan Kabupaten Serang ya Kabupaten Lebak. Itu yang kemudian akan mereka tawarkan di kabupaten Pandeglang. Tapi apakah kemudian anak Jayabaya bisa masuk ke sana atau tidak, tinggal programnya saja yang ditawarkan ke masyarakat," katanya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini

Tampilkan lebih banyak