SuaraBanten.id - Tinggal di hunian sementara (huntara) bagi korban Tsunami Banten menjadi pilihan realistis hingga saat ini. Sebab, rumah tempat tinggal mereka belum bisa ditempati kembali pun hunian tetap (huntap) yang dijanjikan tak kunjung terealisasi setelah setahun tsunami menerjang pesisir Banten.
Kondisi huntara yang memprihatinkan dan jauh dari kata ideal menjadi persoalan baru bagi korban Tsunami Banten yang kini menempati huntara di Kampung Pasir Malang, Desa Sumber Jaya, Kecamatan Sumur, Kabupaten Pandeglang.
Setelah beberapa hari lalu, salah satu balita penghuni huntara meninggal terserang Demam Berdarah Dengue (DBD), seorang warga lainnya diketahui juga hidup dalam kondisi sakit. Warga bernama Ucu diketahui terserang stroke sekitar lima bulan lalu.
Ucu enggan menjelaskan kronologis saat dirinyia terserang stroke. Namun ia mengaku terserang stroke akibat penyakit darah tinggi dan asam urat. Kini tak banyak yang dilakukan Ucu lantaran sudah tak mampu berjalan.
Baca Juga: Warga Korban Tsunami Banten Desak Pemkab Perhatikan Lingkungan Huntara
"Saya stroke awalnya saya darah tinggi dan asam urat, sudah lima bulan," katanya saat ditemui Kontributor Suara.com pada Kamis (16/1/2020).
Ucu tinggal di Huntara bersama istri dan kedua anaknya, sedangkan dua anaknya yang lain tinggal bersama sanak keluarganya. Dia mengaku memilih tinggal di huntara karena tak mampu membayar kontrakan.
"Tinggal di Huntara ya enak enggak enak. Disebut enaknya, kalau ngontrak ya gimana. Enggak punya tempat. Enggak enaknya kalau hujan gini (becek) kalau kemarau enggak ada air," katanya.
Untuk menyambung hidup, Ucu mengaku merasa terbantu setelah mendapatkan bantuan jaminan hidup (Jadup) yang diberikan pemerintah beberapa bulan silam. Namun Jadup pun kini sudah habis, akhirnya terpaksa Ucup menjual barang-barang sisa miliknya.
"Untuk makan sehari-hari, kalau enggak ada bantuan Jadup enggak tahu dari mana saya makan. Ada peralatan yang tersisa saya jual. Kacamata snoorkeling saya jual, Alhamdulillah saya bisa makan," katanya.
Baca Juga: Kronologis Bocah Korban Tsunami Banten yang Meninggal karena DBD di Huntara
Meski begitu, Ucup yang ketika sehat bekerja sebagai nelayan, hanya bisa pasrah untuk memenuhi kebutuhan hidup ke depannya. Sementara untuk mencukupi kebutuhan lain, kerap meminjam tetangga.
"Profesi saya jual beli ikan dan bawa perahu di laut. Sekarang ada perahu bantuan dari Marinir enggak ada yang ngusahain. Enggak tahu dari sekarang ke depan. Enggak tahu bagaimana. Paling pinjam sama tetangga," katanya.
Sementara, Ketua Huntara Kampung Pasir Malang Jamal mengungkapkan, ratusan warga sudah cukup bersabar tinggal di huntara karena tidak ada pilihan lain. Padahal keinginan warga sangat berharap untuk segera mengisi Huntap.
"Kondisinya warga dipaksakan sabar satu tahun tinggal di huntara, sementara keinginan besar warga huntara ingin segera dibangun huntap. Sementara berdasarkan informasi dari BPBD, sembilan bulan lagi akan tinggal di huntap," katanya.
Dikemukakannya, warga berharap segera memiliki huntap karena tinggal di huntara dengan kondisi saat ini sudah mulai dikeluhkan. Apalagi korban yang tinggal di huntara saat ini rerata belum memiliki pekerjaan tetap.
"Kalau siang hari itu panas, karena ini terbuat dari seng, malam harinya dingin karena pegunungan itu ke kan cepat terkena penyakit. Jalan dan jauh ke pasar," ungkapnya.
- 1
- 2
Berita Terkait
-
Kisah Pilu Korban Tsunami Banten Tak Mampu Biayai Pengobatan Anaknya
-
Warga Korban Tsunami Banten Desak Pemkab Perhatikan Lingkungan Huntara
-
Kronologis Bocah Korban Tsunami Banten yang Meninggal karena DBD di Huntara
-
Balita Korban DBD yang Meninggal di Sumur, Penghuni Huntara Tsunami Banten
-
Kasus DBD di Pandeglang Meningkat, Bupati Irna: Semoga Ini Tidak Menyebar
Terpopuler
- Selamat Datang Penyerang Keturunan Rp 15,6 Miliar untuk Ronde 4 Kualifikasi Piala Dunia 2026
- 6 Mobil Bekas untuk Keluarga di Bawah Rp50 Juta: Kabin Luas, Cocok untuk Perjalanan Jauh
- Pemain Keturunan Medan Rp 3,4 Miliar Mirip Elkan Baggott Tiba H-4 Timnas Indonesia vs Jepang
- Keanehan Naturalisasi Facundo Garces ke Malaysia, Keturunan Malaysia dari Mana?
- 5 Rekomendasi Mobil SUV Bekas Bermesin Gahar tapi Murah: Harga Rp60 Jutaan Beda Tipis dengan XMAX
Pilihan
-
7 Rekomendasi HP Murah dari Merek Underrated: RAM hingga 12 GB, Harga Mulai Rp 1 Jutaan
-
9 Mobil Bekas Tahun Muda di Bawah Rp100 Juta: Nyaman, Siap Angkut Banyak Keluarga
-
5 Mobil Bekas buat Touring: Nyaman Dalam Kabin Lapang, Tangguh Bawa Banyak Orang
-
6 Skincare Aman untuk Anak Sekolahan, Harga Mulai Rp2 Ribuan Bikin Cantik Menawan
-
5 Rekomendasi Mobil Kabin Luas Muat 10 Orang, Cocok buat Liburan Keluarga Besar
Terkini
-
Tiga Tradisi di Banten Masuk Karisma Event Nusantara 2025, Salah Satunya Seba Baduy
-
5 Kandidat Calon Sekda Banten Diajukan ke Mendagri
-
Polda Banten Tetapkan 2 Tersangka Baru Kasus Kadin Cilegon Minta Jatah Proyek Rp5 T
-
Penyelundupan Sabu 40 kg Jaringan Aceh-Banten Terungkap, Digagalkan Petuas Bea Cukai
-
Segera Klaim Saldo DANA Gratis Hari Ini, Jangan Sampai Kehabisan