Scroll untuk membaca artikel
Chandra Iswinarno
Kamis, 16 Januari 2020 | 05:00 WIB
Eman menunjukan foto Reva, putrinya yang berusia 4 tahun sebelum meninggal karena terjangkit DBD di Huntara Korban Tsunami Banten. [Suara.com/Saepulloh]

"Karena keadaan kita lagi panik, melihat anak kritis banget. Akhirnya, dokter sempat nanya lagi keputusan bapak Eman ini. Kata saya, 'dok, anaknya rawat di sini saja dulu biar anak saya sadar dulu.' Maksud saya kalau anak saya bisa sadar, bisa melek saja, gampang berdiri mah, baru kita akan rujuk," ungkap Eman.

Eman melanjutkan, berdasarkan pengakuan dari dokter yang sempat merawat anaknya, alasan putrinya harus dirujuk ke rumah sakit lain, karena kekurangan sarana prasarana yang dimiliki RSUD tersebut, salah satunya tidak ada ruangan ICU.

"Akhirnya, dokter bilang di sini sudah enggak bisa karena perlengkapannya enggak lengkap, seperti Rumah Sakit KS. Pertama, kelemahan rumah sakit ini, enggak ada ruang ICU. Setelah itu, kalau anak saya disuruh ke (RS) KS, saya harus mengukur dengan kemampuan saya. Jadi untuk ke KS ini saya enggak mampu. Saya pengin di rawat di sini saja semaksimal mungkin, mudah-mudahan ada pertolongan dari Allah," katanya.

Karena sudah memiliki firasat yang kurang baik, akhirnya Eman berunding dengan keluarganya untuk membawa pulang kembali putrinya. Dokter rumah sakit beberapa kali menyakinkan Eman jika keputusannya untuk mencabut anaknya sudah tepat.

Baca Juga: Warga Korban Tsunami Banten Desak Pemkab Perhatikan Lingkungan Huntara

"Dari situ kita ngomong ke dokter sekitar jam 15.00 WIB, 'Pak dokter, anak saya mau saya bawa pulang saja.' Dokter sempat nya ke saya (keputusan membawa pulang anaknya). Karena saya mengukur kemampuan, materi saya juga sudah menipis, biaya hidup selama di rumah sakit."

Setelah disetujui oleh pihak rumah sakit, Eman masih berharap anaknya masih bisa selamat hingga ke rumahnya. Sayang baru keluar dari parkiran putrinya sudah meninggal dunia, hingga membuat istrinya jatuh pingsan.

"Setelah masuk ke mobil, pas bayar parkir si dede sudah meninggal dunia, sampai istri enggak percaya. Istri pingsan karena kaget, dia enggak sadar-sadar dari Pandeglang hingga ke sini."

Kontributor : Saepulloh

Baca Juga: Kronologis Bocah Korban Tsunami Banten yang Meninggal karena DBD di Huntara

Load More