Atap SDN Bojong Ranji Ambruk: Siswa Menjerit, Guru Panik, Perbaikan Dilakukan Swadaya

Insiden Atap SDN Bojong Ranji ambruk ini tidak hanya mengungkap kerapuhan bangunan, namun menyoroti respon Pemkab Serang.

Hairul Alwan
Jum'at, 18 Juli 2025 | 14:16 WIB
Atap SDN Bojong Ranji Ambruk: Siswa Menjerit, Guru Panik, Perbaikan Dilakukan Swadaya
Dua ruang kelas ambruk, pilihan siswa SDN Bojong Ranji belajar di mushala dan perpustakaan [Rasyid/BanyenNews]

SuaraBanten.id - Jerit tangis dan kepanikan pecah di lingkungan SDN Bojong Ranji, Desa Nambo Udik, Kecamatan Cikande, Kabupaten Serang, Banten. Selasa pagi 15 Juli 2025, yang seharusnya menjadi hari kedua kegiatan belajar-mengajar (KBM) yang ceria, berubah menjadi mimpi buruk ketika atap dua ruang kelas ambruk sesaat sebelum pelajaran dimulai.

Insiden Atap SDN Bojong Ranji ambruk ini tidak hanya mengungkap kerapuhan bangunan, tetapi juga menyoroti kontras antara respons sigap masyarakat dengan respon Pemkab Serang.

Peristiwa nahas itu terjadi sekira pukul 07.15 WIB. Sebagian besar siswa baru saja menyelesaikan salat duha di musala sekolah, sementara yang lain bersiap memasuki ruang kelas lima dan enam.

Tiba-tiba, angin kencang menerjang, dan dalam sekejap, struktur atap bangunan itu runtuh. Suasana langsung kacau balau.

Baca Juga:Pedagang Stadion Ciceri Bingung Jualan di Mana Usai Kios Dibongkar

“"Angin tiba-tiba datang cukup kencang. Saat anak-anak baru saja masuk kelas, atapnya langsung ambruk. Anak-anak menjerit, guru juga panik," kata Kepala SDN Bojong Ranji, Sofiati, saat dikonfirmasi pada Kamis 17 Juli 2025.

Untungnya Tidak ada korban jiwa atau luka berat dalam insiden tersebut. Beberapa siswa yang sempat tertimpa reruntuhan material ringan seperti plafon gipsum hanya mengalami syok dan memar.

Namun, ketakutan yang mereka alami begitu hebat hingga beberapa siswa nekat melompat dari jendela untuk menyelamatkan diri.

"Alhamdulillah, tidak ada yang sampai berdarah atau luka berat. Anak-anak sempat kaget, ada yang lompat dari jendela karena panik," tutur Sofiati menceritakan kejadian atap ruang kelas SD yang ia pimpin ambruk.

Kerusakan paling parah menimpa ruang kelas lima dan enam, yang kini tak bisa lagi digunakan. Menurut Sofiati, gedung sekolah tersebut merupakan bangunan baru hasil relokasi dari lokasi lama yang masuk dalam kawasan industri Modern Cikande.

Baca Juga:Segel SDN Kuranji Akhirnya Dibuka, Aktivitas Belajar Kembali Normal

Sementara itu, salah satu guru olahraga SDN Bojong Ranji, Zaenuddin mengungkapkan salah satu ruang kelas yang ambruk sudah lama menunjukkan tanda-tanda kerusakan.

"Ruangannya memang sudah terlihat bocor sejak lama. Saat atap ambruk, saya langsung berlari ke lokasi. Anak-anak panik, sebagian berlindung di bawah meja, yang laki-laki lompat keluar lewat jendela," tuturnya.

Di tengah situasi genting dan ketidakpastian bantuan resmi, sebuah pemandangan luar biasa terjadi. Tanpa menunggu komando, solidaritas warga sekitar langsung bangkit.

Wali murid, perangkat desa, hingga ketua RT dan RW bahu-membahu turun tangan ikut berperan melakukan perbaikan.

Mereka bergerak cepat menggalang dana dan tenaga secara swadaya untuk memperbaiki atap ruang kelas yang ambruk.

Sikap ini lahir dari sebuah keprihatinan dan ketidakpercayaan terhadap birokrasi. Bagi mereka, keselamatan dan kelangsungan pendidikan anak-anak tidak bisa ditawar dan tidak bisa menunggu lama.

Pada hari itu juga, material bangunan dibeli dan para tukang langsung mulai bekerja.

"Kalau menunggu bantuan dinas, bisa berbulan-bulan. Jadi masyarakat langsung bergerak, ini kan demi anak-anak juga," kata Zaenuddin.

Pihak sekolah sebenarnya telah melaporkan kejadian ini ke pengawas dan Dinas Pendidikan Kabupaten Serang.

Namun, hingga Kamis, belum ada bantuan konkret yang turun. Hanya pengawas sekolah yang datang untuk meninjau lokasi, sementara nasib perbaikan dari pemerintah masih menggantung.

Akibatnya, sebanyak 67 siswa dari dua kelas tersebut terpaksa belajar di ruang darurat.

Siswa kelas lima kini menggunakan musala, sementara kelas enam menempati perpustakaan sekolah. Pihak sekolah berupaya keras agar KBM tetap berjalan di tengah keterbatasan.

"Yang penting anak-anak tetap belajar. Kami berupaya agar tidak ada yang trauma dan kegiatan belajar tetap berjalan normal," tandas Sofiati.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini

Tampilkan lebih banyak