Sistem Manajemen Energi Krakatau Steel, Sejarah dan Keterkaitan dengan Presiden Soekarno

Seperti diketahui PT Krakatau Steel merupakan Badan Usaha Milik Negara atau BUMN yang di bangun pada masa kepemimpinan Presiden Soekarno dan Soeharto.

Hairul Alwan
Kamis, 19 Juni 2025 | 10:13 WIB
Sistem Manajemen Energi Krakatau Steel, Sejarah dan Keterkaitan dengan Presiden Soekarno
Ilustrasi PT Krakatau Steel. [Istimewa]

PT. Krakatau Steel dulu bernama Cilegon Steel Mill. Pada awal pendiriannya perusahaan plat merah ini memulainya dengan membebaskan 616 hektare tanah warga.

Pada masa presiden Soekarno, pembangunan Krakatau Steel kerjasama dengan Uni Soviet. Akte Notaris Krakatau Steel disahkan Tan Thong Kie 1971 di Jakarta. Sementara, hari lahir Krakatau Stel ditetapkan 31 Agustus 1970.

Lika Liku sejarah panjang berdirinya PT Krakatau Steel. Pabrik baja ini dibangun dua presiden di Indonesia yakni Soekarno dan Suharto tak terlepas dari bantuan pihak asing. Pembangunannya pun harus mangkrak akibat gonjang-ganjing politik saat itu.

Dikutip dari berbagai sumber, awal pendiriannya pun beberapa kali mundur maju karena kondisi politik di dalam negeri.

Baca Juga:Sejarah PT Krakatau Steel yang Diinisiasi Soekarno, Pembangunannya Sempat Mangkrak

Pada 20 Mei 1962, ketika ramai-ramainya operasi Trikora pembebasan Irian Barat, Sukarno mencanangkan pembangunan Proyek Baja Trikora di Cilegon, Banten.

Ketika dibentuk perusahaan yang dulunya bernama Cilegon Steel Mill ini resmi berdiri dengan kerja sama Tjazpromexport dari Uni Soviet.

Tulisan Amri Marzali dalam Impak Krakatau Steel Terhadap Masyarakat Cilegon, pembangunan pabrik ini merupakan salah satu realisasi dari persetujuan kerjasama dalam lapangan ekonomik dan teknik antara Republik Indonesia dengan Uni Soviet.

Aktivitas pertama adalah membeli tanah rakyat seluas 616 hektar untuk tapak bangunan pabrik dan perumahan karyawan dan disusul dengan pendirian pondasi dan beberapa peralatan pokok.

Setelah peristiwa G30S PKI 1965 dan Soekarno tumbang, pemerintah Orde Baru mulai menaruh perhatian lagi terhadap proyek yang terbengkalai tersebut.

Baca Juga:Sinergi Untirta dengan Industri di Cilegon, Bangun Leadership Incubator Hingga Pemagangan

Beberapa perusahaan swasta luar negeri diundang untuk melakukan penilaian kembali. Hasil penelitian memutuskan proyek Trikora itu bisa dilanjutkan.

PT Krakatau Steel nampaknya lebih sehat daripada pendahulunya karena di belakangnya berdiri perusahaan minyak Indonesia, yakni PT Pertamina.

Pada tahun 1974 bangunan pabrik dan mesin-mesin sudah hampir selesai diperbaiki kembali. Setahun kemudian perusahaan tersebut sudah dapat memulai produksinya yang berbentuk bar dan section sejumlah 270.000 ton setiap tahun.

Dikutip dalam jurnal 'Membangun dari Tepian Nusantara Jawa yang disusun PT Krakatau Steel 2012 menyebutkan, sejarah berdirinya pabrik plat merah tersebut. Pada tahun 1956 muncul gagasan untuk mendirikan pabrik baja.

Menteri Perindustrian dan Pertambangan saat itu, Chaerul Saleh, bersama Djuanda dari Biro Perancang Negara yang kini Bappenas mulai menggagas industri baja nasional.

Saat itu Indonesia yang tengah gencar membangun dipandang perlu memiliki industri pengolahan bijih besi.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini