Jadi kami mengenal adanya Trisula pembangunan yaitu adalah pertumbuhan tinggi berkelanjutan, penurunan kemiskinan, kemudian SDM berkualitas. Bagaimana mendaratnya itu adalah ada bagaimana kita strategi pengembangan wilayah dan setelah itu tidak lupa bagi kita adalah bagaimana kita mengendalikan pembangunan.
Nah di situ ada beberapa sasaran jangka menengahnya yang ingin dicapai dalam waktu kurun waktu 5 tahun ke depan. Nah ini adalah yang mungkin Bapak Ibu lihat bahwa tadi disebutkan ada pertumbuhan ekonomi 8%, pertanyaannya adalah patternnya seperti apa? Trennya seperti apa? Nah inilah yang memang ingin kita capai, jadi kita melihat bahwa mau enggak mau, suka tidak suka kita harus pasang target tinggi.
Vietnam bisa tumbuh 7,7%, India prediksinya 2024 7%. kalau ditanya masalah ketidakpastian Global, mereka pun akan mendapatkan hal yang sama, untuk itulah makanya di sini adalah optimisme menjadi penting. Akan tetapi yang perlu kita pikirkan tidak hanya masalah growth yang tinggi tetapi how to nya seperti apa.
Beberapa strategi besar untuk mencapai pertumbuhan ekonomi inklusif, kalau kita melihat bahwa untuk akselerasi pertumbuhan ekonomi ada kita sebut 8 strategi plus satu langkah kebijakan, delapan strategi itu masuk ke bagaimana kita meningkatkan produktivitas pertanian menuju swasembeda pangan, industrialisasi, kemudian ekonomi biru dan hijau, pariwisata dan ekonomi kreatif, perkotaan sebagai pusat pertumbuhan ekonomi digital transformasi, kemudian investasi yang berorientasi ekspor dan investasi non APBN.
Baca Juga:BRI Jamin Data Keamanan Nasabah Terjaga, Tak Ada Ransomware
Jadi seperti yg disampaikan Menteri Keuangan APBN kita terbatas, kita tahu bahwa belum apa-apa, di awal tahun udah ada pemotongan 300 triliun. Artinya kita tidak bisa hanya mengandalkan APBN, non-state budget itu diperlukan.
Kemudian berikutnya terkait dengan belanja negara untuk produktivitas. Jadi ada beberapa program, seperti makan bergizi gratis, kemudian pembangunan 1 juta rumah itu menjadi penting di sini. Dan yang terakhir adalah bagaimana kita bisa melakukan penyederhanaan aturan main. Di sini terkait dengan deregulasi perizinan, sinkronisasi kebijakan fiskal moneter menjadi penting.
Yang berikutnya ada strategi penurunan kemiskinan termasuk di dalamnya adalah bagaimana perlindungan sosial yang integratif adaptif dan inklusif. Kemudian perluasan akses dan inklusivitas pelayanan dasar, pemberdayaan ekonomi inklusif berkelanjutan dan berikutnya adalah bagaimana kita bisa memanfaatkan data terpadu. Dan kemudian kalau kita lihat untuk peningkatan SDM yang berkualitas itu adalah peningkatan prasaran dasar, dan berikutnya adalah yang terkait dengan bagaimana modal manusia itu dilakukan. Jadi ini adalah gambarannya.
Kemudian Bapak Ibu sekalian kalau kita masuk ke dalam highlight mengenai UMKM. Jdi kalau kita lihat di dalam hal ini adalah peran sektor keuangan itu sangat penting melalui inklusi keuangan pada segmen prioritas. Kadi kalau kita lihat di sini adalah bagaimana kita melihat kebijakan pendalaman sektor keuangan, kemudian kita penguatan fungsi intermediasi dari sektor keuangan, kemudian kita masuk ke dalam penguatan basis sumber pendanaan, inklusi keuangan dan bagaimana kita menguatkan Inovasi dan pemanfaatan digital keuangan. Nah ini semua akan melihat bahwa bagaimana nanti UMKM itu dibentuk.
Jadi di situ masuk adalah garis besarnya adalah ini adalah peran yang penting untuk di dalam bagaimana kita men-support target-target pembangunan yang sudah kita tetapkan.
Baca Juga:Sistem Keamanan BRI Teruji: Transaksi Digital Tetap Lancar dan Aman
Sedikit gambaran bahwa ada beberapa memang isu dan kendala UMKM. Jadi memang kalau kita lihat adalah mengenai iklim usaha yang baik, itu masih perlu ditingkatkan. Kemudian terkait dengan informal, jadi sektor informal masih banyak di UMKM ini.
Kemudian mengenai layanan finansial, produktivitas perlu ditingkatkan, kemudian terkait dengan naik kelasnya itu adalah bagaimana kemudian di sini adalah terkait dengan menembus pasar global. Jadi kalau kami sebenarnya di Bapenas menginginkan bahwa nanti kalau kita biarkan UMK itu langsung head to head dengan eh industri besar di internasional itu pasti akan susah bersaing, kenapa enggak kita coba buat ekosistem yang kuat kemudian baru kita head to head ke pasar internasional.
Kemudian berikutnya terkait dengan keterbatasan pembiayaan UMKM, memang ini tercermin dari rendahnya proporsi penyaluran kredit perbankan. Kalau kita lihat di sini, porsinya itu masih sekitar 19,5% dan ini memang didominasi oleh sektor usaha utamanya pedagang besar dan eceran Nah ini mungkin yang menjadi PR bersama untuk apa namanya kita bisa tumbuh maju.
Nah selanjutnya kalau kita lihat juga berdasarkan apa namanya sebaran per provinsi, ini memang masih terkonsentrasi di Pulau Jawa. Oleh karena itu ini menjadi PR bersama adalah bagaimana kita bisa mengoptimalkan di luar Jawa ini supaya pembangunan ini bisa merata. Tentu saja dalam hal ini sektor-sektor atau ekosistemnya harus kita bentuk bersama-sama untuk bisa berkembang.
Nah Bapak Ibu sekalian, kalau kita belajar dari suatu negara lain memang dalam hal ini ee pembiayaan UMKM ini contohnya seperti Korea Selatan kemudian Jepang itu sangat tinggi.
Pertanyaannya adalah bagaimana kita bisa bisa bersaing dengan mereka?