SuaraBanten.id - Tragedi maut di Stadion Kanjuruhan, Malang menyisakan cerita sedih yang mendalam bagi banyak orang. Peristiwa itu bahkan menewaskan 125 orang dan menjadi sorotan publik.
Saksi tragedi kanjuruhan bernama Reza Aremania menceritakan kronologi penembakan gas air mata di Stadion Kanjuruhan.
Dikutip dari unggahan video akun TikTok @tangerangnetwork, Aremania alas Probolinggo itu mengatakan bahwa pemicu dari kerusuhan itu adalah aparat yang memukul seorang Aremania di tengah lapangan.
"Dari utara sama selatan itu sama-sama turun tapi gak banyak pak, paling tidak itu kira-kira ada sekitaran 2.000 suporter lah gak nyampe separohnya padahal yang hadir 42.000 lebih, full sesak memang di Kanjuruhan itu pak," ucap Reza dalam video viral itu.
Baca Juga:Saksi dan Korban Selamat Tragedi Kanjuruhan Masih Belum Tenang, Teror dan Intimidasi Menghantui
"Karena mungkin yang memicu adalah aparat sendiri yang memukul Aremania sampai ada yang meninggal di lapangan pada saat itu. Dua orang kalau gak salah, kita melihat dengan mata saya sendiri pak," tuturnya menceritakan kejadian saat itu.
"Sebelum ada gas air mata sudah ada pukulan dari pihak aparat dan geletak di tengah itu, ga bergerak terkapar posisi sudah terdiam gitu," imbuhnya.
Tak hanya sibuk menghindari gas air mata, Reza juga membantu seorang ibu dengan menggendong bayinya yang meninggal karena menjadi korban paparan gas air mata malam itu.
"Di situ tribun kami 87 turun tapi gak semuanya pak hanya sebagian, apa maksudnya? Itu sudah awal kerusuhan di sana. Langsung masuk gas air mata dan itu bukan ditembak ke rumput, sekali lagi saya bilang ke tribun langsung pak," kata suporter Arema tersebut.
Ia pun menceritakan dirinya yang melihat seorang ibu yang membawa balita kira-kita satu bulan setengah masih digendong berteriak mengatakan anaknya telah tiada.
Baca Juga:Presiden Jokowi Bicara Dengan Presiden FIFA Lewat Telepon: Keputusan Apa Pun Adalah Kewenangan FIFA
"'anak saya sudah tidak bernafas, anak saya tidak bernafas, anakku wes mati'. Bilangnya seperti itu, dari ibu tersebut dan suaminya sudah ndak bisa bicara apa-apa, ibunya semaput (pingsan) saya menahan sama teman saya pak," sambungnya.
- 1
- 2