SuaraBanten.id - Baru-baru ini Buya Gusrizal angkat suara soal pernyataan Pangkostrad Letjen (TNI) Dudung Abdurachman terkait "Semua Agama Benar".
Buya Gusrizal sebut pernyataan Pangkostrad salah satu bentuk kesesatan. Bahkan ia menyebut kesesatan itu lebih sesat dari kaum musrikin.
Kritik Buya Gusrizal Gazahar disampaikan lewat unggahan di akun Facebook pribadinya, seperti dilihat pada Sabtu 18 September 2021.
Melalui unggahan facebooknya, Buya Gusrizal secara tak langsung menyampaikan pernyataan Letjen Dudung dalam lingkup teologi atau keagamaan terkesan berbahaya.
Baca Juga:Komentari Pernyataan 'Semua Agama Sama', MUI Sumbar: Korsleting Nalar
Bahkan, menurut Buya, Letjen Dudung mengalami kerusakan nalar lantaran menyebut semua agama benar di mata Tuhan.
“Kalau dia mau mengatakan meyakini semuanya benar, berarti ia telah mengalami korsleting nalar pada jaringan tegangan tinggi sehingga membuat padam seluruh daya penggerak tangkapan maklumat yang akan diolah akal pikirannya,” tulis Buya Gusrizal.
Mengutip Hops.id, berikut pernyataan lengkap Buya Gusrizal menanggapi pernyataan Letjen Dudung soal semua agama benar di mata Tuhan.
“Pernyataan semua agama benar, hanyalah pantulan dari pernyataan lama ‘agama hanyalah candu dan buah dari khayalan’. Ia hadir dengan style baru yang hanya berganti bungkusan.
Tujuan akhirnya tetaplah satu yaitu ‘tak usah beragama’, walaupun diawali dengan narasi rayuan syaithan, ‘jangan fanatik dalam beragama’. Kenapa kalimat itu adalah pernyataan manusia tak beragama? Karena semua agama pasti menolaknya.
Baca Juga:Pernyataan Letjen Dudung Dikecam MUI, Buya Gusrizal: Dia Mengalami Korsleting Nalar
Setiap agama pasti mengajarkan bahwa agamanya lah yang benar dan agama yang lain adalah salah. Perhatikan dalam setiap ajaran agama!
Tentu akan bertemu larangan bagi umatnya untuk berpindah ke agama lain. Bila demikian, pemilik ucapan ‘semua agama benar’ itu mau masuk agama mana?
Kalau dia mau mengatakan meyakini semuanya benar, berarti ia telah mengalami korsleting nalar pada jaringan tegangan tinggi sehingga membuat padam seluruh daya penggerak tangkapan maklumat yang akan diolah akal pikirannya.
Bahkan kaum musyrikin Makkah saja dalam kekufuran mereka, tidak mau meyakini kebenaran selain agama mereka.
Mereka hanya mau berganti sembahan bergilir tahun, tak lebih hanya demi menghentikan dakwah Islamiyyah.
Kalau diamati secara mendalam, pernyataan ‘semua agama benar’ lebih dahsyat kesesatannya dibandingkan tokoh-tokoh kaum musyrikin Makkah (al-Walid Ibn al-Mughirah CS) yang mengajak Nabi saw bersama-sama menyembah Tuhan mereka dengan bergiliran tahun.”