Hari Raya Waisak dan Sejarah Buddha di Banten

Tri Suci Waisak yang mengisahkan lahirnya Pangeran Siddharta, Pangeran Siddharta menjadi Buddha, serta wafatnya Buddha Gautama Parinibbana.

Hairul Alwan
Rabu, 26 Mei 2021 | 14:03 WIB
Hari Raya Waisak dan Sejarah Buddha di Banten
Ketua Sangha Dhammaduta Indonesia, Bhikkhu Tejavaro Thera beribadah di Vihara Hemadhiro Mettavati, Jakarta, Selasa (25/5/2021). [Suara.com/Angga Budhiyanto]

Kemudian N.J Karom dalam bukunya Rapporten van der Oudheikundingen Dienst in Nederlansch Indie tahun 1914 menyatakan bahwa di seputar Kabupaten Pandeglang dan peninggalan arkeologi berupa arca nenek moyang, beberapa kapak batu dari hasil penggalian arkeologis di pamarayan (Kolelet) dan patung tipe polinesia di tenjo Sanghyang Dengdek

Pendirian monument-monumen megalitik dengan beragam bentuk seperti punden berundak, arca, menhir, dolmen, dan batu bergores turut memperkaya budaya dan tradisi masyarakat Banten pada masa lalu. Kemudian kebudayaan Banten Kemudian semakin berkembang setelah bersentuhan dengan kebudayan luar.

Pengaruh budaya dari luar tersebut datang dari india yang membawa agama Hindu dan Budha. Di samping membawa pengaruh agama Hindu dan Budha, masuknya pengaruh India juga berdampak pada system sosial dan pemerintahan di Nusantara, ditandai dengan berdirinya kerajaan kerajaan.

Salah satu kerjaan Hindu yang pernah ada di Banten ialah kerajan Banten Girang yang diperkirakan ada pada sekitar abad ke-10 sampai dengan abad ke-16. Masuknya pengaruh Islam kemudian berdampak pada mundurnya pengaruh Hindu – Budha di Banten.

Baca Juga:Vihara Thay Hin Bio Tiadakan Ritual Bersama di Hari Raya Waisak

Kerajaan Banten Girang berada di bawah penguasa Islam,yang kemudian mendirikan kerajaan di sekitar Teluk Banten. Pusat kotanya dikenal dengan nama Surosowan yang kini disebut Banten Lama. Kerajaan Islam Banten ada dari abad ke-16 sampai dengan abad ke-19.

Kontributor : Saepulloh

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini