Asal Usul Seba Baduy, Tradisi Ratusan Tahun Sejak Kesultanan Banten

Jumlah orang yang hadir dibatasi 20 orang warga Baduy. Mereka akan berkunjung ke Bupati dan Gubernur.

Pebriansyah Ariefana
Jum'at, 21 Mei 2021 | 18:14 WIB
Asal Usul Seba Baduy, Tradisi Ratusan Tahun Sejak Kesultanan Banten
Sejumlah warga Baduy Dalam berjalan menuju kota Rangkasbitung di Lebak, Banten, Jumat (21/5/2021). [ANTARA FOTO/Muhammad Bagus Khoirunas]
  • Khusus warga tangtu, tidak diperkenankan menggunakan kendaraan untuk sarana transportasi.
  • Semua peserta baik tangtu maupun panamping tidak diperkenankan menggunakan alas kaki.
  • Menggunakan kain berwarna hitam/putih sebagai pakaian yang ditenun dan dijahit sendiri serta tidak diperbolehkan menggunakan pakaian
    modern.
  • Wanita atau anak gadis tidak diperbolehkan untuk mengikuti upacara seba.
  • Warga tangtu tidak boleh memakai baju bebas.
  • Untuk warga tangtu, para pria memakai baju lengan panjang yang disebut jamang sangsang, karena cara memakainya hanya disangsangkan atau dilekatkan di badan.
  • Warnanya serba putih polos itu dapat mengandung makna suci bersih. Desain baju sangsang hanya dilubangi/dicoak pada bagian leher sampai bagian dada saja. Potongannya tidak memakai kerah, tidak pakai kancing dan tidak memakai kantong baju.
  • Busana mereka umumnya adalah serba putih. Pembuatannya hanya menggunakan tangan dan tidak boleh dijahit dengan mesin. Bahan dasarnya pun harus terbuat dari benang kapas asli yang ditenun.

Kontributor : Saepulloh

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini