Idap Kangker Hingga Tak Bisa BAB Dari Anus, Begini Kondisi TKW di Taiwan

Awalnya berat, saya tidak habis pikir bakal punya penyakit kaya gini. Akhir tahun lalu baru terasa, ujar ED.

Hairul Alwan
Senin, 22 Maret 2021 | 06:23 WIB
Idap Kangker Hingga Tak Bisa BAB Dari Anus, Begini Kondisi TKW di Taiwan
ILUSTRASI TKW (Solopos.com)

SuaraBanten.id - Idap Kangker Hingga Tak Bisa BAB Dari Anus, Begini Kondisi TKW Indonesia di Taiwan

Malang betul kondisi ED (30) seorang Tenaga Kerja Wanita (TKW) asal Sragen mesti menganggur di Taiwan setelah ia menjalani operasi kangker usus besar.

Operasi usus besar akibat kangger Kangker usus besar yang dideritanya mengakibatkan ED tidak lagi bisa buang air besar melalui lubang anus.

Kisah ED belakangan viral di media sosial Fanpage Facebook, Faisal Soh, Jumat (19/3/2021).

Baca Juga:Ayah TKW Asal Tangerang Tulis Surat Terbuka untuk Jokowi, Isinya Memilukan

Hingga Minggu (21/3/2021) siang, postingan itu mendapat 8.184 komentar dan dibagikan 5.554 kali.

Postingan video berdurasi 20,59 menit itu menceritakan penderitaan ED setelah menjalani operasi kanker usus besar.

Penyakit itu baru dirasakan ED sejak akhir 2020 lalu.

Karena penyakit kanker itu tergolong parah, dokter dari Taiwan terpaksa mengambil tindakan operasi untuk menyelamatkan jiwa ED hingga tidak bisa lagi BAB melalui lubang anus.

Sebagai ganti, tim dokter membuat lubang pada bagian perut sebelah kiri dari ED.

Baca Juga:Momen Heroik Prajurit Selamatkan TKW Pasien Covid-19 yang Coba Bunuh Diri

Lubang itu difungsikan sebagai pengganti anus yang sudah tidak bisa dipakai.

“Awalnya berat, saya tidak habis pikir bakal punya penyakit kaya gini. Akhir tahun lalu baru terasa,” ujar ED dalam video itu seperti dikutip dari Solopos.com-Jaringan Suara.com.

Kehidupan Baru
Setelah operasi itu, ED harus menjalani kehidupan baru.

Ia tidak pernah tahu kapan ia buang air besar atau sekadar buang angin.

Oleh sebabnya, lubang pada bagian perut itu harus selalu dipasangi alat khusus semacam kantong plastik untuk menampung kotorannya.

Harga satu alat tersebut terbilang mahal yakni 190 New Taiwan Dolar (NTD) atau setara Rp96.148.

ED biasa mengganti alat itu sekali dalam tiga hari.

Dalam sebulan, rata-rata ia harus merogoh kocek lebih dari Rp900.000 untuk membeli alat tersebut.

Beban itu semakin berat bagi dia karena ED belum mendapat pekerjaan di Taiwan.

Pihak agen masih berusaha mencari pekerjaan buat ED dengan keterbatasan yang ia miliki.

“Harapan dia masih bisa bekerja demi kasih kahidupan yang lebih layak untuk anaknya. Pihak agensi masih berusaha mencari pekerjaan untuk dia. Harapannya ada majikan yang mau menerima kondisinya seperti itu,” papar Faisal Soh.

Faisal berharap pemerintah Indonesia memberi perhatian kepada ED, salah satu pahlawan devisa asal Bumi Sukowati.

Ia juga berharap kepada teman-teman sesama buruh migran bisa membantu meringankan beban dari ED.

Sejauh ini, Solopos.com belum bisa mengonfirmasi ED.

Saat dihubungi melalui WhatsApp (WA) belum ada balasan.

Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Disnakertrans) Sragen juga belum bisa dimintai keterangan terkait masalah yang dihadapi salah satu pahlawan devisi di Taiwan itu.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini

Tampilkan lebih banyak