Kenang Mendiang Anton Medan, Cari Agama Terbaik Sebagai Pedoman Hid

Hidayah Itu Macam-macam, Ada Karena Kawin, Kerana Lingkungan. Saya Memang Bertobat Ingin Cari Agama Terbaik dan benar sebagai pedoman hidup, ungkap Anton Medan.

Hairul Alwan
Selasa, 16 Maret 2021 | 08:55 WIB
Kenang Mendiang Anton Medan, Cari Agama Terbaik Sebagai Pedoman Hid
Anton Medan meninggal dunia. [Dok.Antara]

SuaraBanten.id - Ramadhan Effendi atau mendiang Anton Medan meninggal dunia, Senin (15/3/2021) di Cibinong, Bogor menjadi sosok yang tak terlupakan saat sekira tiga tahun lalu memutuskan menjadi mualaf dan berpindah agama.

Kabar meninggalnya Anton Medan dibenarkan oleh Ketua Umum Persatuan Islam Tionghoa (PITI), Ipong Hembiring Putra. Anton Medan mengatakan, perubahan drastis dalam hidupnya didasarkan pada perpindahan agama. Ia mengaku mempelajari berbagai agama yang diantarnya, Islam aliran Muhammadiyah dan NU.

Lantaran merasa bahwa Islam merupakan agama terbaik, ia pun mantap untuk menjadi seorang mualaf. “Karena agama. Saya waktu di Cipinang itu kan pertama saya belajar dengan orang Muhammadiyah kasus Priok tahun 84. Terakhir 4 tahun belajar di NU. Yang saya cari kan perbandingan agama mana yang menurut saya yang terbaik. Setelah saya tahu Islam yang terbaik, saya pilih Islam,” ujarnya dilansir dari kanal YouTube iNews Magazine, Senin (15/3/2021).

Anton Medan mengungkapkan dirinya ingin bertaubat dan menjadikan agama sebagai pedoman hidup. “Hidayah itu macam-macam, ada karena kawin, ada karena lingkungan. Kalau saya memang bertobat saya ingin cari agama yang terbaik dan benar sebagai pedoman hidup,” ungkapnya.

Baca Juga:Mengenal Sosok Anton Medan Sebelum Meninggal

Menurut Anton Medan, Islam merupakan agama yang menyediakan segala jawaban atas persoalan hidup. “Ketika saya hidup di dalam suatu agama Islam ya, semua ada jawabannya. Kesulitan apapun ada jawabannya dalam Islam. Jadi, kata jiwa dan batin ketika saya Islam, saya bisa ekspresikan apa yang saya mampu,” ujarnya. 

Anton Medan berpesan kepada orang Tionghoa yang hendak menjadi mualaf. Menurutnya, berpindah agama janganlah didasari dorongan lingkungan atau karena ingin menikah saja. Namun, harus keinginan kuat untuk belajar.

“Begitu juga orang memilih agama, kalau (pindah agama) karena lingkungan, karena kawin hasilnya hampir-hampir katakan nol. Orang mualaf tionghoa, ketika masuk Islam kalau dia memang cita-citanya mau baik, mau jadi manusia bermanfaat, bukan karena kawin dan lingkungan, tapi dia belajar," pungkasnya dalam Video tersebut.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini