Aksi Boikot Produk Prancis, Pakar Brand Marketing: Carrefour Dosanya Apa?

Tak sepatutnya produk-produk itu disalahkan.

Pebriansyah Ariefana | Ari Syahril Ramadhan
Kamis, 05 November 2020 | 16:20 WIB
Aksi Boikot Produk Prancis, Pakar Brand Marketing: Carrefour Dosanya Apa?
Karyawan membawa produk Prancis yang diboikot di salah satu minimarket di Jakarta, Kamis (5/11/2020). [Suara.com/Angga Budhiyanto]

SuaraBanten.id - Pakar Brand Marketing Yuswohady menilai aksi boikot produk Prancis yang digaungkan di dunia dan Indonesia bukan langkah tepat. Sebab aksi boikot produk tidak ada hubungannya dengan kontroversi penghinaan Nabi Muhammad dan Islam yang dituduhkan ke Presiden Prancis Emmanuel Macron.

Yuswohady menilai seruan boikot produk-produk asal Prancis di Indonesia tak masuk akal.
Sebab kisruh yang terjadi saat ini di Prancis bukan merupakan kesalahan produk-produk tersebut.

Yuswohady merasa aneh jika masyarakat terkecoh dengan seruan itu. Sebab, sudah jelas produk-produk itu tak ada yang mendukung ucapan dari Presiden Prancis Emmanuel Macron.

"Kalau kita protes boleh-boleh saja, tapi kalau boikot brand, sepertinya kalau pakai logika aneh juga gitu loh. Carrefour dosanya apa, tiba-tiba Macron yang ngomong yang kena Carrefour," ujar Yuswohady saat dihubungi Suara.com, Kamis (5/11/2020).

Baca Juga:Kecam Presiden Macron, Massa GPI Borong Produk Prancis untuk Dibakar

Sementara produk-produk yang saat ini diboikot juga merupakan produk global. Sehingga pemiliknya tak lagi berasal dari Prancis dan pemiliknya bisa dari mana saja.

Karyawan menunjukkan produk Prancis yang diboikot di salah satu minimarket di Jakarta, Kamis (5/11/2020). [Suara.com/Angga Budhiyanto]
Karyawan menunjukkan produk Prancis yang diboikot di salah satu minimarket di Jakarta, Kamis (5/11/2020). [Suara.com/Angga Budhiyanto]

"Cuma dari namanya, lahirnya di situ indentik dengan Prancis, ya apa-apa yang berhubungan Prancis dikaitkan," ucap dia.

Maka dari itu, Siwo menambahkan, tak sepatutnya produk-produk itu disalahkan.

Kecuali, jika salah satu pemilik produk mendukung pernyataan Macron, baru produk tersebut bisa disalahkan.

"Kecuali kalau brand membela, seperti Starbucks bela LGBT. Tapi ya konsumen bebas milih saja," katanya.

Baca Juga:Ade Armando Bela Macron: Gunakan Akal Sehat, Dunia Akan Selamat

Sebelumnya, Majelis Ulama Indonesia (MUI) menyerukan untuk memboikot produk Prancis. Hal ini seiring dengan Presiden Emmanuel Macron yang masih bersikeras tidak mau meminta maaf kepada umat Islam.

Karyawan menunjukkan produk Prancis yang diboikot di salah satu minimarket di Jakarta, Kamis (5/11/2020). [Suara.com/Angga Budhiyanto]
Karyawan menunjukkan produk Prancis yang diboikot di salah satu minimarket di Jakarta, Kamis (5/11/2020). [Suara.com/Angga Budhiyanto]

"Memboikot semua produk yang berasal dari negara Prancis serta mendesak kepada Pemerintah Republik Indonesia untuk melakukan tekanan dan peringatan keras kepada Pemerintah Prancis," kata Wakil Ketua Umum MUI KH Muhyiddin Junaidi.

Pihaknya meminta Pemerintah Indonesia untuk sementara waktu menarik Duta Besar Indonesia di Paris, Prancis, sampai Macron meminta maaf kepada umat Islam se-dunia.

"Umat Islam tidak ingin mencari musuh, tetapi hanya ingin hidup berdampingan secara damai dan harmonis," ujarnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini

Tampilkan lebih banyak