Sudah semestinya, dokter dan perawat menurut dia, mendapat perlindungan dan fasilitas yang memadai.
“Kalau makan minum sudah oke, tapi mereka minta vitamin C tambahan. Buah-buahan lah sekali-kali. Minum dari galon, karena mereka ini di kamar ambil minum akhirnya bercampur lagi. Harusnya yang kemasan botol saja supaya tidak campur. Juga handuk karena handuk yang disediakan kecil padahal mereka mandi berkali-kali,” katanya.
Hal lain yang membuat tenaga kesehatan di RSUD Banten gelisah juga soal isu pemotongan insentif.
“Saya sudah konfirmasi ke Direktur (RSUD Banten) beliau belum mendengar (kabar pemotongan tersebut, tapi itu sudah viral menjadi kegelisahan di internal mereka. Kalau bisa jangan lah. Mereka kan prediksi sampai 3 bulan di situ, berikan jaminan keamanan. Kalau perlu yang honorer itu diusulkan ke pusat untuk jadi PNS. Mereka kan pahlawan (kemanusiaan). Mereka bukan hanya mempertaruhkan waktu, tapi nyawa,” kata dia.
Baca Juga:Tak Disangka Suporter Sepak Bola di Indonesia Kompak Perangi Virus Corona
Selain itu, petugas medis juga mengeluhkan masih langkanya Alat Pelindung Diri (APD). Ia berharap, anggaran yang besar yang bersumber dari Belanja Tak Terduga BTT sebesar Rp 10,065 miliar.
“Belanjakan lah dengan skala prioritas, supaya tidak tumpang tindih dengan kabupaten/kota,” kata Fitron.
Sebelumnya, Pemprov Banten mengklaim memberikan fasilitas isolasi kepada 127 Pegawai RSUD Banten, khususnya para Perawat ICU layaknya hotel bintang 5 (lima). Ratusan tenaga medis itu terdiri dari 121 petugas kesehatan dan 6 dokter spesialis yang bertugas dalam penanganan pasien Covid-19 di Provinsi Banten sejak Kamis (26/3/2020).
Rencananya, Kamis (2/4/2020) ini, Fitron akan menemui Juru Bicara Penanganan Covid-19 yang juga Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Banten Ati Pramuji Hastuti untuk memberikan masukan atas hasil temuannya malam ini.
Baca Juga:Lawan Virus Corona, 4 Minuman Sehat Ini Bisa Meningkatkan Imunitas Tubuh