Korban Tsunami Banten Tagih Janji Hunian Tetap ke Pemerintah

Huntara yang ditempati kerap kebanjiran saat hujan lebat dan juga jauhnya jarak sekolah anak di SDN Teluk 2 menjadi persoalan penghuni.

Chandra Iswinarno
Minggu, 22 Desember 2019 | 20:42 WIB
Korban Tsunami Banten Tagih Janji Hunian Tetap ke Pemerintah
Suasana huntara warga korban Tsunami Banten di Kampung Tanggok Desa Teluk Kecamatan Labuan. [Suara.com/Saepulloh]

SuaraBanten.id - Sudah setahun warga Kabupaten Pandeglang yang menjadi korban Tsunami Selat Sunda menetap di hunian sementara (Huntara). Selama tinggal di Huntara, mereka kerap mengeluhkan persoalan banjir dan toilet yang tak berfungsi.

Persoalan tersebut membuat warga yang tinggal di huntara menagih janji pemerintah untuk membangun hunian tetap (huntap).

Salah seorang korban tsunami Tarni (32) meminta kepada pemerintah segera dibuatkan Huntap. Sebab pasca bencana itu, kondisi perekonomiannya belum stabil dan juga tak nyaman.

"Usahanya berkurang tidak seperti dulu lagi. Biasanya dapat segini, tapi ini mah enggak. Pendapatan di laut juga berkurang setelah tsunami. Jadi pengen segera di Huntap lah. Pokoknya pengen cepet-cepet dapat Huntap," kata Tarni saat ditemui di huntara yang berada di Kampung Tanggok Desa Teluk Kecamatan Labuan pada Minggu (22/12/2019).

Baca Juga:Setahun Pasca Tsunami Banten, Sektor Pariwisata di Carita Masih Lesu

Tak hanya soal ekonomi, huntara yang ia tempati juga kerap kebanjiran saat hujan lebat. Tarni juga mengeluhkan jauhnya jarak sekolah anak di SDN Teluk 2 yang berjarak lebih dari lima kilometer, hingga harus mengeluarkan ongkos.

"Kalau hujan ke banjiran, apalagi ini mau musim hujan. terus sekolahnya jauh, tadinya gak ongkos, sekarang ongkos, bulak balik Rp 20 ribu. Sedangkan pendapatan paling sehari Rp 20 kadang Rp 50 ribu," kata wanita yang sehari-hari berjualan jajanan cemilan.

Selain banjir, warga Huntara juga berharap memberikan pelayanan lebih terhadap pelayanan kesehatan. Sebab jika diantara mereka sakit, tak ada perhatian dari pemerintah. Terpaksa mereka iuran secara sukarela.

"Kalau ada yang sakit itu kita bingun, paling warga hanya patungan secara sukarela. Kita harapannya kalau ada yang sakit sampai ke rumah sakit supaya mendapatkan keringan dari Dinas Kesehatan," kata Riyadi warga huntara lainya.

Fasilitas MCK dilokasi juga tak luput dari keluhan, dari 10 titiknya hanya enam yang berfungsi sementara empat diantaranya tidak berfungsi karena tidak ada ketersediaan air.

Baca Juga:Cerita Korban Tsunami Banten yang Sudah 9 Bulan Jadi Pengungsi

"Ada juga yang gak berfungsi ada juga yang berfungsi," katanya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini