Andi Ahmad S
Kamis, 20 November 2025 | 14:12 WIB
Sekretaris Dinas Kesehatan Kota Serang, dr Teja Ratri [Yandi Sofyan/SuaraBanten]
Baca 10 detik
  • Kelompok LSL (gay) adalah penyumbang terbanyak kasus HIV/AIDS di Kota Serang, dengan hampir 200 kasus dari total 405 kasus kumulatif. 

  • Dinas Kesehatan Kota Serang mencatat 147 kasus baru ODHA sepanjang Januari hingga Oktober 2025. Mayoritas LSL bukan warga asli Serang. 

  • Kasus HIV/AIDS di Serang meningkat karena ODHA tidak rutin berobat dan faktor LSL pendatang. Namun, prevalensi tahun 2025 cenderung menurun.

SuaraBanten.id - Kaum gay atau lelaki suka lelaki (LSL) disinyalir menjadi penyumbang terbanyak kasus penyebaran HIV/AIDS di Kota Serang, Banten. Diketahui sejak bulan Januari hingga Oktober 2025, Dinas Kesehatan Kota Serang mencatat ada sebanyak 147 orang terbaru yang menderita ODHA (orang dengan HIV/AIDS).

Hal itu disampaikan Sekretaris Dinas Kesehatan Kota Serang, dr Teja Ratri. Menurutnya, kelompok LSL (laki-laki suka laki-laki) atau gay paling banyak menyumbang kasus HIV/AIDS dengan jumlah hampir 200 orang dari total keseluruhan sekitar 405 kasus HIV/AIDS di Kota Serang.

"Penemuan barunya 147 kasus. (Total) 405 kasus secara keseluruhan mulai dari Kota Serang berdiri. Kita sih didominasinya lebih ke LSL, lelaki suka lelaki. Jumlahnya sekitar di angka 100 lebih," kata Teja Ratri, belum lama ini.

Diungkapkan Teja Ratri, para kaum gay yang kini jadi penyintas HIV/AIDS tidak sepenuhnya merupakan warga asli Kota Serang, melainkan para pendatang yang tinggal di Kota Serang.

Ia menduga, gaya hidup dan minimnya ilmu agama menjadi faktor para lelaki tersebut memiliki kelainan biologis sehingga memilih berhubungan dengan sesama jenis.

"Dan LSL itu pun bukan pure murni dari Kota Serang semua, mungkin dari pendatang. Faktornya bisa karena gaya hidup, kemudian juga sebetulnya kalau meningkat itu banyak faktor, cara pandang terhadap kepercayaan, agama seperti itu," terangnya.

Selain itu, dikatakan Teja Ratri, banyaknya para ODHA yang tidak kooperatif dengan menghindari pengobatan secara rutin membuat angka HIV/AIDS di Kota Serang meningkat.

Meski begitu, prevalensi HIV/AIDS di Kota Serang di tahun 2025 cenderung mengalami penurunan bila dibandingkan dengan temuan kasus HIV/AIDS dalam 3 tahun sebelumnya.

"Itu rata-rata kan ada yang putus berobat, ada yang dikatakan putus berobat, itu mereka menghilang begitu saja tapi untuk yang sedang menjalani pengobatan, ada. Kalau prevalensi selama 3 tahun ini terus menurun, 2-3 tahun lalu prevalensi 1, kemudian jadi 0,8 sampai saat ini di 2025 di 0,7," tandasnya.

Baca Juga: Truk Tambang Penyebab Macet Parah di Banten Akan Dihadang Aparat!

Kontributor : Yandi Sofyan

Load More