- Banyak orang menganggap besi bekas hanya barang rongsokan biasa yang bisa didaur ulang jadi produk baru
- Scrap besi sendiri adalah sisa logam bekas, mulai dari kendaraan rusak, mesin tua, hingga limbah konstruksi
- Masalah muncul ketika besi bekas itu ternyata berasal dari alat industri atau medis yang memakai sumber radiasi
SuaraBanten.id - Banyak orang menganggap besi bekas atau scrap hanya barang rongsokan biasa yang bisa didaur ulang jadi produk baru.
Tapi, tahukah kamu kalau scrap besi ternyata bisa saja mengandung zat radioaktif yang berbahaya bagi kesehatan?
Scrap besi sendiri adalah sisa logam bekas, mulai dari kendaraan rusak, mesin tua, hingga limbah konstruksi.
Biasanya, scrap ini dikumpulkan lalu dilebur kembali untuk jadi baja atau barang logam lainnya.
Nah, masalah muncul ketika besi bekas itu ternyata berasal dari alat industri atau medis yang memakai sumber radiasi, seperti tabung radioterapi di rumah sakit atau perangkat di pabrik.
Kalau ikut tercampur dalam tumpukan scrap, zat radioaktif bisa terbawa sampai ke pabrik peleburan.
Lebih berbahaya lagi, kalau logam itu kemudian diolah jadi bahan bangunan, peralatan rumah tangga, bahkan produk sehari-hari.
Dampaknya tidak main-main. Radiasi bisa merusak sel tubuh, memicu kanker, gangguan organ, bahkan kematian jika paparannya tinggi.
Yang bikin ngeri, radiasi tidak terlihat, tidak berbau, dan tidak terasa. Artinya, orang bisa saja terpapar tanpa sadar.
Baca Juga: Apa Itu Cesium-137 ? Unsur Radioaktif yang Mengintai Kesehatan Manusia
Itu sebabnya, setiap pabrik baja atau tempat pengolahan logam seharusnya punya alat pendeteksi radiasi.
Tujuannya untuk memastikan scrap yang masuk benar-benar aman didaur ulang.
Kesadaran ini penting bukan cuma bagi industri, tapi juga masyarakat.
Karena keselamatan kita bisa terancam kalau bahan berbahaya ikut beredar di sekitar tanpa pengawasan.
Pemerintah Kaji Impor Scrap Besi
Pemerintah masih mengkaji kebijakan terkait impor scrap besi dan potensi memasukkan komoditas tersebut ke dalam kategori limbah bahan berbahaya dan beracun (B3), kata Menteri Lingkungan Hidup (LH) Hanif Faisol Nurofiq.
Berita Terkait
Terpopuler
- 7 Body Lotion di Indomaret untuk Usia 50 Tahun ke Atas, Rawat Garis Penuaan
- 7 Rekomendasi Lipstik Transferproof untuk Pekerja Kantoran, Mulai Rp20 Ribuan
- 27 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 14 November: Ada Beckham 111, Magic Curve, dan Gems
- 5 Sepatu Running Lokal Paling Juara: Harga Murah, Performa Berani Diadu Produk Luar
- 6 Tablet RAM 8 GB Paling Murah untuk Pekerja Kantoran, Mulai Rp2 Jutaan
Pilihan
-
Kerugian Scam Tembus Rp7,3 Triliun: OJK Ingatkan Anak Muda Makin Rawan Jadi Korban!
-
Ketika Serambi Mekkah Menangis: Mengingat Kembali Era DOM di Aceh
-
Catatan Gila Charly van Oosterhout, Pemain Keturunan Indonesia di Ajax: 28 Laga 19 Gol
-
Daftar 611 Pinjol Ilegal Terbaru Update Satgas PASTI OJK: Ada Pindar Terkenal
-
Bobibos Ramai Dibicarakan! Pakar: Wajib Lolos Uji Kelayakan Sebelum Dijual Massal
Terkini
-
Sinergi BRI, Pegadaian, dan PNM Dorong Akses Permodalan Mikro Lebih Mudah dan Inklusif
-
Jaksa Gadungan Beraksi Lagi! Mantan Pegawai Dipecat Kejaksaan Curi Rp310 Juta dan Bawa Revolver
-
Jadi Magnet Baru: Begini Penampakan Masjid Al Ikhlas, Arsitektur Lingkaran dan Kubah Raksasa
-
BRI Perkuat UMKM Lewat Ribuan Program Pemberdayaan dan Torehkan Kinerja Keuangan Positif
-
AgenBRILink Jangkau 80% Desa Indonesia, Perkuat Inklusi Keuangan dan Ekonomi Kerakyatan