SuaraBanten.id - Kasus kekerasan seksual di Kota Tangerang Selatan atau Tangsel, Provinsi Banten belakangan terbilang cukup tinggi. Wali Kota Tangsel, Benyamin Davnie pun ikut menyoroti kasus kekerasan seksual di Kota Tagsel itu.
Menurut data Polres Tangsel, pada periode April hingga Juni 2025 lalu tercatat ada delapan laporan kekerasan seksual terhadap perempuan dan anak.
Sebanyak sepuluh tersangka telah ditetapkan, salah satunya dalam kasus yang menyebabkan korban meninggal dunia.
Benyamin juga mengaku perihatin atas maraknya kasus tersebut. Ia menyebut, peristiwa ini sebagai tamparan keras bagi pemerintah kota yang selama ini mengusung citra sebagai kota cerdas, modern, dan religius.
“Sebagai kota yang telah mendapat predikat Kota Layak Anak, tentu kejadian-kejadian ini akan kami jadikan perhatian khusus untuk langkah ke depan,” ujar Benyamin saat dikonfirmasi pers di Polres Tangsel, Kamis 3 Juli 2025.
Merespons kasus tersebut, Pemerintah Kota (Pemkot) Tangsel akan mengerahkan perangkat wilayah dari tingkat RT, lurah, hingga camat untuk memperkuat upaya pencegahan.
Instruksi langsung diberikan agar jajaran kewilayahan aktif melakukan sosialisasi dan edukasi, terutama di lingkungan permukiman.
"Ini tidak bisa hanya dibebankan kepada polisi atau dinas teknis saja," kata dikutip dari Bantennews (Jaringan SuaraBanten.id), Kamis 3 Juli 2025.
Diberitakan sebelumnya, Polres Tangsel membagi delapan kasus kekerasan seksual itu ke dalam lima klaster.
Baca Juga: Empat Tersangka Kasus Kejahatan Seksual Anak di Banten Dibekuk
Salah satunya merupakan kasus kekerasan seksual disertai penganiayaan yang menyebabkan kematian.
Tersangka mengenal korban—seorang buruh konveksi—melalui media sosial.
Kasus lain terjadi di lingkungan keagamaan. Seorang pengajar hadroh diduga mencabuli empat muridnya.
Di ranah pendidikan formal, tiga tenaga pendidik menjadi tersangka, yakni kepala sekolah, guru agama, dan pembina OSIS. Salah satu korban adalah siswi berkebutuhan khusus di Sekolah Luar Biasa (SLB).
Modus perkenalan melalui media sosial juga ditemukan dalam dua kasus lainnya. Para pelaku menjadikan anak di bawah umur sebagai sasaran, dengan pendekatan lewat interaksi daring.
Sementara itu, dalam klaster terakhir, kekerasan seksual dilakukan secara berkelompok setelah korban—seorang penjaga warung—diberi minuman beralkohol.
Berita Terkait
-
Empat Tersangka Kasus Kejahatan Seksual Anak di Banten Dibekuk
-
Benyamin-Pilar Langsung Tancap Gas Jalankan Program 100 Hari Usai Dilantik Prabowo
-
Honor RT RW Belum Dibayarkan, Ketua DPRD Cilegon Desak Segera Cairkan
-
Tiga Kelurahan di Pesisir Cilegon Rawan Tsunami
-
Andra Soni Ungkap Alasan Pencalonan Marshel Widianto Jadi Cawalkot Tangsel, Ternyata...
Terpopuler
- 5 Rekomendasi Motor Listrik Harga di Bawah Rp10 Juta, Hemat dan Ramah Lingkungan
- 10 Rekomendasi Tablet Harga 1 Jutaan Dilengkapi SIM Card dan RAM Besar
- Rhenald Kasali di Sidang ASDP: Beli Perusahaan Rugi Itu Lazim, Hakim Punya Pandangan Berbeda?
- 20 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 4 Oktober 2025, Klaim Ballon d'Or dan 16.000 Gems
- Beda Pajak Tahunan Mitsubishi Destinator dan Innova Reborn, Lebih Ringan Mana?
Pilihan
-
Maarten Paes: Pertama (Kalahkan) Arab Saudi Lalu Irak, Lalu Kita Berpesta!
-
Formasi Bocor! Begini Susunan Pemain Arab Saudi Lawan Timnas Indonesia
-
Getol Jualan Genteng Plastik, Pria Ini Masuk 10 Besar Orang Terkaya RI
-
BREAKING NEWS! Maverick Vinales Mundur dari MotoGP Indonesia, Ini Penyebabnya
-
Harga Emas Terus Meroket, Kini 50 Gram Dihargai Rp109 Juta
Terkini
-
Skandal Jatah Proyek Rp5 T Dibongkar, Ini Rincian Tuntutan 5 Terdakwa yang Bikin Geger
-
Buronan Kredit Fiktif Bank Plat Merah Pandeglang Tertangkap!
-
5 Hotel Terbaik di Sentosa Singapura, Akses Mudah dengan Kamar yang Nyaman
-
Kontaminasi Cesium-137 di Cikande, Bagaimana Nasib Warga?
-
Bukan Darah, Kali di Rawa Buntu Tangsel Tiba-tiba Berwarna Merah Pekat