Scroll untuk membaca artikel
Hairul Alwan
Senin, 08 Januari 2024 | 12:54 WIB
Warga Suku Baduy menunggu giliran untuk perekaman data KTP Elektronik di Kampung Cijahe, Lebak, Banten, Sabtu (28/8/2021). [ANTARA FOTO/Muhammad Bagus Khoirunas]

SuaraBanten.id - Suku Baduy merupakan salah satu suku yang terkenal sangat kuat memegang teguh adat dan tradisi nenek moyang mereka.

Suku Baduy memegang adat dan nilai-nilai luhur dari nenek moyang mereka tanpa kendaraan, tanpa listrik dan tanpa teknologi.

Satu nilai falsafah Baduy yang sangat terkenal 'lojor teu meunang dipotong pondok teu meunang disambung' yang artinya panjang tak boleh dipotong, pendek tak boleh disambung.

Hingga kini, berdasarkan data dari desa Kanekes jumlah penduduk Baduy mencapai sebanyak 11.700 warga Baduy luar dan 1.500 Baduy dalam yang mendiami 65 kampung dan 3 kampung Baduy dalam yakni Cikeusik, Cikertawana dan Cibeo, Kabupaten Lebak, Banten.

Baca Juga: Waduh, Ternyata Masih Ada Warga Kabupaten Lebak BAB Sembarangan

Saat ini, warga suku Baduy mendiami wilayah tanah ulayat seluas 5.138 hektar. Mereka terbagi menjadi 2 kelompok, yaitu Baduy luar dan Baduy dalam.

Seluruh warga Baduy diketahui menganut aliran kepercayaan Sunda Wiwitan yang merupakan aliran kepercayaan monoteisme purba yang masih mempercayai aliran animisme dan dinamisme.

Kepercayaan ini juga menganggap arah selatan sebagai arah yang suci. Masyarakat Baduy percaya bahwa semakin ke selatan suatu tempat maka semakin sakral pula tempat itu.

Dalam kepercayaan ini, semua prosesi adat seperti pernikahan, upacara kematian, tanam padi, dsb dipimpin oleh pu’un/ketua adat dan prosesinya hampir sama seperti ajaran agama Islam.

Namun yang membedakan dengan agama Islam adalah menurut kepercayaan ini tidak ada tempat ibadah (mushola/masjid), simbol kepercayaan, dan bentuk ibadah layaknya agama Islam (misalnya sholat 5 waktu).

Baca Juga: Bawa Kabur Motor Warga Balaraja, Pelaku Nyamar Jadi Bank Keliling

Dalam ajarannya sendiri Sunda Wiwitan sangat dekat dengan konsep saling menghormati antara manusia dengan alam.

Jadi dalam kepercayaan ini masyarakat Baduy tidak melakukan ibadah sholat 5 waktu melainkan hanya dianjurkan untuk hidup benar dan harus bisa ngaji diri atau dalam hal ini intropeksi diri.

Hidup benar di sini menganjurkan masyarakat Baduy untuk tidak rakus, sombong, tidak iri dengan sesama, dan tidak berbuat jahil/jahat.

Kontributor : Mira puspito

Load More