SuaraBanten.id - Siti Anisa, balita 1,2 bulan kondisi berat badannya terus menyusut. Bocah berjenis kelamin perempuan ini divonis dokter mengidap stunting pada 23 Mei 2022 lalu.
Anisa bukan satu-satunya mengalami nasib kurang beruntung. Ada sebanyak 6.331 anak stunting di Kabupaten Pandeglang, Banten yang mengalami stunting. Dengan jumlah tersebut Kabupaten Pandeglang menempati posisi kasus stunting tertinggi se Banten.
Ibu kandung Anisa, Nefianti (25) menceritakan bagaimana kisah Anisa hingga menderita stunting. Kala itu Anisa menderita sakit batuk, pilek dan panas saat tinggal di rumah suaminya, Hendra (30) di daerah Pamarayan, Kabupaten Serang.
Nefi kemudian membawanya ke bidan untuk berobat namun tak membuat Anisa membaik justru kondisinya semakin parah.
"Berat badan tiap bulan turun aja. Batuk pilek gak mau berhenti," kata Nefi kepada wartawan, Senin (22/8/2022).
Kondisi itu membuat Nefi panik dan memilih membawa anaknya itu pulang ke kampung halamannya di Kampung Sarabaya, Desa Ciinjuk, Kecamatan Cadasari, Kabupaten Pandeglang.
Di Posyandu, dia mengeluh ke bidan yang bertugas bahwa berat badan anaknya tak kunjung malah cendrung turun padahal asupan makanan dan vitamin normal sama dengan halnya balita lain.
"Lalu diperiksa dokter gizi nafas gak stabil keadaannya lesu, lemes aja. Seminggu bulak balik terus puskesmas kemudian dirontgen hasilnya positif paru-paru awalnya," katanya.
Dia sempat merasa aneh anaknya bisa menderita penyakit paru, sebab, selama ini dia mengaku tidak pernah membakar obat nyamuk di dekat bayinya, suaminya pun tak berani merokok saat di rumah.
Baca Juga: Eks Kadis dan Sekdis Dindikbud Banten Terdakwa Korupsi Komputer UNBK Rp25 Miliar Divonis 16 Bulan
"Kata dokter pake obat nyamuk gak? saya jawab enggak, ayahnya ngerokok gak boleh. Tapi mungkin dari debu, memang di Pamarayan cuaca panas suka ngebul debu lingkungannya," ungkapnya.
Selain didiagnosis tuberkulosis paru, kemudian Anisa divonis menderita stunting karena mengalami pelambatan pertumbuhan. Saat berusia satu tahun berat badan Anisa hanya seberat lima kilogram saja.
"Napsu makanya gak ada. Cuma 4 suap makan, kalau pagi bangun tidur banyak, siang sore-paling 4 suap," kata Nefi menceritakan kondisi anaknya.
Perkembangan motoriknya pun tidak sama seperti balita yang lain, bahkan untuk bisa duduk pun harus dibantu oleh orang lain.
"Seumur kaya dia harusnya sudah bisa merangkak ini mah gak bisa apa-apa. Kalau udah duduk-duduk, duduk aja. Kalau udah tidur tidur aja gak bisa ngapa-ngapain," Tutur Nefi melanjutkan ceritanya.
Segala usaha untuk memperbaiki kondisi kesehatan Anis sudah dilakukan sang ibu, Nefianti. Mulai dari membawanya ke Puskesmas hingga dilakukan perawatan ke dokter gizi.
Berita Terkait
-
5 Fakta Mengerikan di Balik Vonis Mati Pembunuh Mutilasi Pacar di Serang Banten
-
Tanpa Ampun! Mengupas Logika Hukum di Balik Vonis Mati Pembunuh Mutilasi Serang
-
Vonis Mati untuk Pembunuh Mutilasi Pacar, Sidang Ricuh Saat Keluarga Korban Mengamuk di PN Serang
-
Panas Rebutan 8 Pulau di Teluk Banten, Wagub: Udah Kayak Jepang Sama Belanda Aja!
-
Teknologi Filter Air Sungai UMPR Bantu Tekan Stunting di Pulang Pisau
Terpopuler
Pilihan
-
Profil Riccardo Calafiori, Bek Arsenal yang Bikin Manchester United Tak Berkutik di Old Trafford
-
Breaking News! Main Buruk di Laga Debut, Kevin Diks Cedera Lagi
-
Debut Brutal Joan Garcia: Kiper Baru Barcelona Langsung Berdarah-darah Lawan Mallorca
-
Debit Manis Shayne Pattynama, Buriram United Menang di Kandang Lamphun Warrior
-
PSIM Yogyakarta Nyaris Kalah, Jean-Paul van Gastel Ungkap Boroknya
Terkini
-
BRI Consumer Expo 2025 Bandung, Tawarkan Promo KPR Bunga Ringan Mulai 2,40%
-
HUT ke-80 RI, BRI Hadirkan 8 Langkah Nyata untuk Indonesia Berdaulat dan Sejahtera
-
Sentuhan BRI, Gulalibooks Tembus Pasar Literasi Anak ke Malaysia dan Singapura
-
Maut di Ladang Baduy: 7 Warga Tewas Digigit Ular, Serum Anti Bisa Jadi Barang Langka
-
Istri Bos Pabrik Narkoba Serang Minta Ampun ke Presiden Prabowo Meski Vonis Belum Final