Scroll untuk membaca artikel
Hairul Alwan
Senin, 25 April 2022 | 10:29 WIB
Gunung Anak Krakatau naik ke Level Siaga. [magma.esdm.go.id]

SuaraBanten.id - Gunung Anak Krakatau yang berada di Perairan Selat Sunda, belakangan terus mengalami erupsi. Terkini, aktifitas erupsi Gunung Anak Krakatau menyebabkan gunung tersebut naik level dari Waspada (level II) menjadi Siaga (Level III).

Dalam kesempatan itu, Kepala Badan Geologi Kementerian ESDM RI, Eko Budi Lelono menjawab isu kemungkinan tsunami akibat Gunung Anak Krakatau meletus. Ia meminta masyarakat tenang dan jangan mudah mempercayai isu tersebut.

"Masyarakat tetap dapat melakukan kegiatan seperti biasa dengan senantiasa mengikuti arahan BPBD setempat," ungkapnya.

Eko menyampaikan, kenaikan level Gunung Anak Krakatau terhitung hingga 24 April 2022 pukul 18.00 WIB.

Baca Juga: Gunung Anak Krakatau Erupsi, Kepala Pos Pemantau: Ada 390 Letusan Sejak Februari - April 2022

"Dengan tingkat aktivitas Gunung Anak Krakatau berada pada Level III (Siaga), maka masyarakat, pengunjung, wisatawan, pendaki tidak diperbolehkan mendekati Gunung Krakatau dalam radius 5 km dari kawah aktif," kata Eko Budi dalam keterangan tulis yang diterima SuaraBanten.id, Minggu (24/4/2022).

Eko mengungkapkan, pihaknya akan terus berkordinasi dengan BNPB Provinsi Banten, Provinsi Lampung, Kabupaten
Pandeglang hingga BMKG.

Eko memaparkan, berdasarkan pengamatan instrumental kegempaan Gunung Anak Krakatau sejak 1 hingga 24 April 2022 ditandai dengan terekamnya 21 kali gempa Letusan, 155 kali gempa hembusan, 14 kali harmonik, 121 kali gempa low frequency, 17 kali gempa vulkanik dangkal, 38 kali gempa vulkanik dalam, dan tremor menerus dengan amplitudo 0.5 - 55 mm (dominan 50mm) serta terekam 2 kali gempa tektonik lokal, 6 kali gempa tektonik jauh dan 1 gempa terasa dengan skala I MMI.

"Energi aktivitas vulkanik yang dicerminkan dari nilai RSAM (real-time seismic amplitude measurement) menunjukkan pola fluktuasi dengan kecenderungan meningkat tajam sejak 15 April 2022," ungkapnya.

Bahkan, inflasi pada tubuh Gunung Anak Krakatau teramati sejak tanggal 18 April 2022 dan sedikit mulai intens teramati sejak tanggal 22 April 2022.

Baca Juga: Gunung Anak Krakatau Erupsi, Ada 8 Kali Letusan dengan Ketinggian Abu Sampai 1.500 Meter

Aktivitas vulkanik Gunung Anak Krakatau saat ini masih dalam periode erupsi menerus dengan perubahan erupsi yang semula dominan abu menerus menjadi tipe strombolian menghasilkan lontaran-lontaran lava pijar pada 17 April 2022 dan pada 23 April 2022 sekitar pukul 12:19 WIB teramati lava mengalir hingga masuk ke laut.

"Hasil estimasi energi seismik saat ini teramati meningkat tajam bersamaan dengan membesarnya amplitudo tremor menerus dan semakin intensnya kejadian erupsi yang menerus," terangnya.

Data emisi SO2 berdasarkan pantauan satelit Sentinel-5 (Tropomi) menunjukkan emisi SO2 mulai teramati pada 14 April dengan SO2 sebesar 28,4 ton/hari. Pada 15 April 68,4 ton/har, 17 April semakin meningkat dengan 181,1 ton/hari dan 23 April melonjak drastis dengan 9219 ton/hari.

Pantauan SO2 dari magma ini berkorelasi dengan peningkatan aktivitas erupsi Gunung Anak Krakatau saat ini. Menurutnya, peningkatan SO2 yang signifikan mengindikasikan adanya suplai magma baru dan adanya material magmatik yang keluar ke permukaan berupa lontaran material pijar yang diikuti oleh aliran lava.

"Jumlah SO2 pada periode di atas mencapai 9,2 kilo ton. Bila dibandingkan saat periode erupsi 2018, yaitu Juni - Agustus 2018 12,4 kilo Ton dan September-Oktober 2018 19,4 kilo Ton," terangnya.

Berdasarkan data pemantauan visual dan instrumental serta pantauan emisi SO2 bahwa aktivitas Gunung Anak Krakatau ada kecenderungan meningkat dan belum menunjukkan adanya penurunan aktivitas vulkanik.

"Erupsi-erupsi ini menghasilkan abu vulkanik dan lontaran lava pijar serta aliran lava," ujarnya.

Secara visual, tinggi hembusan asap selama periode 1 hingga 24 April 2022 dari arah Pos PGA Pasauran dan Kalianda serta dari CCTV umumnya jelas hingga tertutup kabut.

"Saat cuaca cerah teramati hembusan asap kawah berwarna putih dengan intensitas tipis hingga tebal, tinggi kolom hembusan sekitar 25 hingga 3000 meter dari atas puncak Gunung Anak Krakatau, dengan angin lemah hingga kencang kearah utara, timur laut, timur, tenggara, selatan, barat daya, barat dan barat laut," terangnya.

Bahkan, teramati letusan dengan tinggi kolom 50 hingga 2000 meter dari atas puncak. Kolom abu letusan berwarna putih, kelabu hingga kehitaman dengan dominan arah angin ke tenggara dan selatan.

"Berdasarkan data-data visual dan instrumental potensi bahaya dari aktivitas Gunung Anak Krakatau saat ini adalah lontaran material pijar dalam radius 2km dari pusat erupsi
namun kemungkinan lontaran akan menjangkau jarak yang lebih jauh," terangnya.

"Sedangkan sebaran abu vulkanik tergantung dari arah dan kecepatan angin dapat menjangkau kawasan yang lebih jauh," sambungnya.

Load More