Scroll untuk membaca artikel
Bangun Santoso
Jum'at, 12 Februari 2021 | 08:13 WIB
Rumah amblas akibat bencana pergerakan tanah di Serang. (Suara.com/Hairul Alwan)

SuaraBanten.id - Belasan korban rumah ambles di Kampung Pasir Manggu, Desa Dahu, Kecamatan Cikeusal, Kabupaten Serang kehilangan tempat tinggal usai peristiwa pergeseran tanah yang disebabkan hujan deras pada Selasa (9/2/2021).

Sebanyak empat Kepala Keluarga (KK) menjadi korban dalam insiden tersebut. Mereka kini tinggal menumpang di rumah saudara yang berdekatan dengan rumah mereka yang longsor.

Pantauan di lokasi, barang-barang milik para korban rumah yang amblas terlihat berantakan di pinggir jalan dan teras depan rumah kerabat para korban.

Beberapa warga terlihat gotong royong membantu korban memisahkan material bangunan yang bisa dipakai kembali. Material rumah yang ambruk terlihat memenuhi jalan.

Baca Juga: Pemandangan Jalan Raya Serang-Cilegon Tak Elok Karena Gundukan Sampah

Salah satu korban rumah ambruk, Tunggu mengatakan, ia menumpang di rumah ibunya Jarsiti yang juga menjadi korban rumah ambruk akibat pergeseran tanah.

"Jadi di sini yang tinggal ibu saya, saya, istri dan tiga anak. Selain itu kak Kasdi, istri dan tiga anaknya (korban rumah ambruk lainnya)," katanya saat ditemui SuaraBanten.id di dikediamannya, Jumat (12/2/2021).

Kata Tunggu, rumah ibunya yang hanya terdapat satu ruang tengah dan dua kamar tidur tentu tidak cukup menampung belasan korban rumah amblas.

"Ya cukup ga cukup, kita sempit-sempitan bareng," katanya.

Tunggu mengungkapkan, ia dan beberapa korban rumah ambruk lainnya belum menerima bantuan sama sekali dari pihak luar. Baik bantuan berupa material maupun uang untuk membeli material untuk membangun kembali rumahnya.

Baca Juga: Pelaku Pembunuhan Penjual Sayur di Cikande Serang Ditangkap

"Sejauh ini bantuan baru dari warga sekitar membantu gotong royong menyelamatkan material rumah yang masih bisa dipakai. Ada juga mahasiswa yang KKN yang ikut membantu," tuturnya.

Ia berharap ada bantuan dari pemerintah untuk ia dan beberapa keluarga korban lainnya. Kata Tunggu, untuk bangun rumah lagi butuh banyak biaya dan ia yang hanya buruh serabutan penghasilannya hanya cukup untuk kebutuhan sehari-hari.

"Saya kerjanya serabutan kadang kuli bangunan, kadang ngelas, masangin listrik orang, pokoknya apa saja saya kerjakan. Dan itu penghasilannya hanya cukup untuk sehari-hari, dari mana saya bisa bangun rumah untuk berteduh," ujarnya.

"Saya sangat berharap ada bantuan dari pemerintah. Kalau dalam bentuk material bangunan khawatir tidak sesuai dengan kebutuhan, saya sih maunya bantuan dana agar bisa disesuaikan," sambungnya.

Kontributor : Hairul Alwan

Load More