Scroll untuk membaca artikel
Reza Gunadha
Selasa, 14 Januari 2020 | 14:16 WIB
Upaya pencarian korban longsor yang dilakukan oleh tim SAR dan anggota TNI. [Blackhouse Library]

"Saya melihat Nurhedi dekat rumahnya, langsung saya seret dia dari longsor yang terus turun. Kalau tidak, pasti dia juga jadi korban tertimbun," ujar Epfa yang ditemui di pos pengungsian kecamatan Sajira.

Sesaat setelah kesadarannya pulih dan kondisi tenang, Nurhedi seperti orang kalap berusaha menggali tanah di tempat bekas rumahnya berdiri untuk mencari anak dan istrinya.

Ia terus menggali sambil berteriak-teriak histeris, meminta tolong, memanggil manggil nama istri dan anaknya, hingga tangannya terluka parah. Namun semuanya sia-sia.

Korban selamat melarikan diri

Baca Juga: Wakil Bupati Lebak Bela Penambang Emas Ilegal soal Banjir Bandang

Epfa, 50 tahun, yang sempat menolong Nurhedi nasibnya tidak jauh berbeda. Setelah menyelamatkan Nurhedi, Epfa berlari menuju rumahnya.

Namun dia tidak lagi menemukan bangunan ditempat rumahnya biasanya berdiri, yang terlihat hanyalah gundukan lumpur bercampur puing-puing bangunan.

Ditengah jerit tangis warga kampung, Epfa berhasil menemukan istri dan anak-anaknya dalam keadaan selamat, setelah mereka berhasil melarikan diri dari rumah ketika longsor pertama menimbun rumah Nurhedi.

Pagi itu, dibawah guyuran hujan deras, warga yang selamat berkumpul di tengah desa yang aman jauh dari jangkauan banjir bandang dan longsor.

Epfa kehilangan rumahnya, tetapi merasa bersyukur karena keluarganya dalam keadaan selamat. [ABC Indonesia/Dicky Martias]

Setidaknya, 220 rumah di kampung Cigobang hilang dan hancur, lebih dari setengahnya yang berada di pinggir sungai Ciberang, lenyap dihanyutkan arus air.

Baca Juga: Korban Banjir Lebak Bangun Sendiri Jembatan Darurat, ke Mana Pemerintahnya?

Sedangkan seratusan lain yang berada di kaki bukit hancur tertimbun tanah longsor.

Load More