SuaraBanten.id - Bencana tanah longsong di Kabupaten Lebak, Banten, menyisakan banyak kisah tragedi. Salah satunya, seorang ibu dan anaknya ditemukan tewas dalam kondisi berpelukan.
PERINGATAN REDAKSI: tulisan berikut dapat menimbulkan rasa ketakutan dan kesedihan dari cerita korban longsor.
Lelaki berusia 40 tahun itu masih menikmati secangkir kopi hangat pada hari pertama tahun 2020. Hari masih pagi dan dingin di Lebak, Banten, baru pukul 06.00 WIB.
Nurhedi nama lelaki itu. Sementara sang istri, Sukaesi, dan anak mereka bernama Tian (12) masih meringkuk menghangatkan diri di dalam rumahnya di kampung Cigobang, provinsi Banten.
Kopi belum lagi habis ketika Nurhedi mendengar suara gemuruh dari arah sungai, yang jaraknya sekitar 150 meter depan rumahnya.
Mencoba mencari tahu suara apa yang didengarnya, mendadak tubuh Nurhedi terdorong dan terlempar hingga jauh keluar rumah, diikuti suara menggelegar.
"Saya tidak tahu apa yang terjadi, tiba tiba saja badan saya terlempar keluar. Saya kaget dan bingung ada apa," katanya.
Hanya dalam hitungan detik, Nurhedi sadar rumahnya telah lenyap tertimbun lumpur dan tanah.
Panik dan terkejut membuat tubuh Nurhedi lumpuh lemas. Jangankan menolong anak istrinya, untuk berdiri pun Nurhedi tidak mampu.
Baca Juga: Wakil Bupati Lebak Bela Penambang Emas Ilegal soal Banjir Bandang
Beruntung tetangganya, yang bernama Epfa, berada tidak jauh dan segera menarik tubuh Nurhedi menjauh dari timbunan longsor yang terus bergerak maju.
"Saya melihat Nurhedi dekat rumahnya, langsung saya seret dia dari longsor yang terus turun. Kalau tidak, pasti dia juga jadi korban tertimbun," ujar Epfa yang ditemui di pos pengungsian kecamatan Sajira.
Sesaat setelah kesadarannya pulih dan kondisi tenang, Nurhedi seperti orang kalap berusaha menggali tanah di tempat bekas rumahnya berdiri untuk mencari anak dan istrinya.
Ia terus menggali sambil berteriak-teriak histeris, meminta tolong, memanggil manggil nama istri dan anaknya, hingga tangannya terluka parah. Namun semuanya sia-sia.
Korban selamat melarikan diri
Epfa, 50 tahun, yang sempat menolong Nurhedi nasibnya tidak jauh berbeda. Setelah menyelamatkan Nurhedi, Epfa berlari menuju rumahnya.
Berita Terkait
-
Wakil Bupati Lebak Bela Penambang Emas Ilegal soal Banjir Bandang
-
Korban Banjir Lebak Bangun Sendiri Jembatan Darurat, ke Mana Pemerintahnya?
-
Korban Banjir Bandang Lebak Gotong Royong Bangun Jembatan Darurat
-
Kisah Warga Lebak Makan Umbi Saat Mengungsi di Hutan Usai Longsor Menerjang
-
Kapolda Banten Janji Usut Pemodal Penambangan dan Pembalakan Liar di TNGHS
Terpopuler
- 5 Mobil Bekas Punya Sunroof Mulai 30 Jutaan, Gaya Sultan Budget Kos-kosan
- 3 Pilihan Cruiser Ganteng ala Harley-Davidson: Lebih Murah dari Yamaha NMAX, Cocok untuk Pemula
- 5 HP Murah Terbaik dengan Baterai 7000 mAh, Buat Streaming dan Multitasking
- 4 Mobil Bekas 7 Seater Harga 70 Jutaan, Tangguh dan Nyaman untuk Jalan Jauh
- 5 Rekomendasi Mobil Keluarga Bekas Tahan Banjir, Mesin Gagah Bertenaga
Pilihan
-
Tragedi Pilu dari Kendal: Ibu Meninggal, Dua Gadis Bertahan Hidup dalam Kelaparan
-
Menko Airlangga Ungkap Rekor Kenaikan Harga Emas Dunia Karena Ulah Freeport
-
Emas Hari Ini Anjlok! Harganya Turun Drastis di Pegadaian, Antam Masih Kosong
-
Pemilik Tabungan 'Sultan' di Atas Rp5 Miliar Makin Gendut
-
Media Inggris Sebut IKN Bakal Jadi Kota Hantu, Menkeu Purbaya: Tidak Perlu Takut!
Terkini
-
Lewat BRImo, BRI Perkuat Transformasi Digital dan Gaya Hidup Modern Melalui Konser Bryan Adams
-
Oknum Anggota Polda Banten Jadi Tersangka Usai Tipu Orang Rp300 Juta: Dalih untuk Biaya Masuk Polisi
-
22 Tahun Mengabdi, Raden Berly Rizky Bicara soal 'Jalur Belakang': Bantah Keras Campur Tangan Wagub
-
Dimyati Bantah Keras Nepotisme di Balik Promosi Adiknya sebagai Kepala Bapenda Banten
-
Gebrakan Andra Soni! 23 Pejabat Eselon II Banten Dilantik, Siapa Saja yang Tergeser?