SuaraBanten.id - Belakangan ini berita seputar penularan varian baru Omicron di Indonesia cukup membuat khawatir publik.
Menurut data Satgas Covid-19, catatan terakhir 30 Desember 2021 lalu, diketahui ada 68 kasus varian Omicron di Indonesia.
Jumlah kasus yang meningkat tersebut dibagi menjadi 3 kelompok penularan. Pertama, 65 orang yang memang baru masuk Indonesia dari luar negeri, yang dan ketika diperiksa di pintu masuk ditemukan terinfeksi varian Omicron.
Penularan kedua, adalah dua orang petugas Wisma Atlet yang diberitakan tertular di dalam wisma. Dan ketiga adalah satu kasus transmisi lokal, yang tidak ada riwayat perjalanan ke luar negeri dalam beberapa bulan terakhir, ataupun kontak dengan pelaku perjalanan luar negeri.
Baca Juga:Kasus COVID-19 Naik Lagi, DKI Jakarta Laporkan Penambahan Terbanyak
Artinya Indonesia memasuki 'babak baru' di mana kasus varian Omicron bukan saja yang datang dari luar negeri atau berhubungan dengan itu seperti 67 kasus yang ada, tetapi juga sudah ada di masyarakat.
Terkait hal itu, Mantan Direktur Penyakit Menular WHO Asia Tenggara Prof Tjandra Yoga Aditama menyampaikan penelitian terbaru yang ia rangkum dari European Centre for Disease Prevention and Control pada 7 Januari 2022.
Kepada HOPS--Jaringan Suara.com, ia menyampaikan beberapa penelitian yang sudah rilis terkait Omicron. Beberapa di antarnya bikin kita bernapas lega. Apa saja? Berikut ini rangkumannya.
1. Penelitian Skotlandia
Penelitian itu menunjukkan penurunan angka masuk rumah sakit pada varian Omicron dibandingkan Delta.
Baca Juga:5 Gejala setelah Vaksin Sinovac
"Kemungkinan infeksi ulang pada Omicron adalah 10 kali lebih tinggi daripada mereka yang terinfeksi varian Delta."
Lalu ia melanjutkan bahwa mereka yang sudah mendapat vaksinasi dosis ke tiga atau booster vaksin punya risiko 57 persen lebih rendah untuk menunjukkan gejala-gejala sesudah terinfeksi Omicron.
2. Penelitian Kanada
Dikonfirmasi rendahnya angka masuk rumah sakit yaitu (0.3 persen) dan juga angka fatalitas (kurang dari 0.1 persen) pada varian Omicron.
"Tentu saja kalau jumlah kasus banyak sekali maka walaupun persentase relatifnya rendah tapi angka mutlak bisa jadi cukup menimbulkan masalah pula."
3. Penelitian The United Kingdom Health Security Agency
UK Health Security menyampaikan 2 hasil penelitiannya. "Orang yang terinfeksi Omicron punya risiko 50 persen lebih rendah untuk dirawat di RS dibandingkan varian Delta," katanya pada Senin 10 Januari 2021.
Di sisi lain hasil penelitian kedua menyebutkan bahwa masyarakat yang divaksin 2 kali makin berisiko rendah.
"Risiko masuk rumah sakit jadi turun 65 persen pada mereka yang sudah divaksin dua kali. Dan turun 81 persen pada yang sudah divaksin 3 kali, dibandingkan dengan mereka yang tidak mendapat vaksin sama sekali," katanya.
4. Penelitian Masa Inkubasi Omicron
Penelitian Center For Disease Control (CDC) Amerika Serikat 31 Desember 2021 menunjukkan bahwa median antara paparan varian Omicron dan timbulnya gejala adalah tiga hari.
Soal pendeknya masa inkubasi Omicron ini juga sejalan dengan analisa UK Health Security Agency di Inggris.
Data sebelumnya menunjukkan bahwa masa inkubasi varian Alfa adalah 5 hari dan varian Delta 4 hari, jadi masa inkubasi Omicron memang lebih cepat.
Berdasarkan pernyataan tersebut bisa disimpulkan bahwa Omicron tidak memiliki tingkat urgensi dibanding varian Delta. Namun meski demikian, varian ini juga merugikan karena mudah menular.