SuaraBanten.id - Video keluarga gotong jenazah Covid-19 dari rumah sakit Umum atau RSU Siloam beredar di media sosial. Keluarga gotong jenazah Covid-19 dari RSU Siloam lantaran tak mau keluarganya dikubur sesuai prokes atau protokol kesehatan.
Keluarga gotong jenazah Covid-19 dari RSU Siloam mempertanyakan soal jenazah Covid-19 tak di swab namun mau dikuburkan sesuai prokes.
Keluarga gotong jenazah Covid-19 dari RSU Siloam terjadi di kelurahan Air Mata, Kecamatan Kota Lama, Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur, Sabtu (17/7/2021).
Dalam sebuah video, sejumlah orang menggotong jenazah pasien yang diduga meninggal lantaran Covid-19.
Baca Juga:Kasus Covid-19 Pertama Terdeteksi di Kampung Atlet Olimpiade Tokyo
Berdasarkan tayangan video berdurasi 16 detik itu, sekelompok warga menggotong jenazah dari RSUD Siloam. Adapun jenazah itu merupakan seorang ibu rumah tangga asal Kelurahan Air Mata, Kecamatan Kota Lama, Kota Kupang, NTT.
Terkait video viral itu, seperti dikutip dari Terkini.id, Sabtu 17 Juli 2021, Kapolsek Kelapa Lima, Kompol Sepuh Siregar membenarkan kejadian yang terekam dalam video tersebut.
“Betul, kejadiannya tadi pagi di RSU Siloam. Pasiennya meninggal akibat Covid-19, tapi keluarga tidak percaya. Menurut keluarga meninggal karena sakit gula (diabetes),” terang Siregar.
Menurutnya, ia sempat mendatangi rumah duka dan memberikan pemahaman terkait protokol kesehatan, tetapi ditolak keluarga.
“Tadi jenazah almarhumah sudah dimakamkan di pekuburan umum Batukadera,” imbuh Siregar.
Baca Juga:Ratusan Warga Binaan Rutan Solo Vaksinasi Covid-19, Jadi Pertama di Jawa Tengah
Kabar tesebut juga dibenarkan Ketua RT 07/RW 03 Kelurahan Airmata, Farid Belajam. Ia mengungkapkan benar adanya peristiwa itu saat dihubungi wartawan, Sabtu 17 Juli 2021 malam.
“Betul itu warga saya,” tegas Farid.
Menurutnya, keluarga tidak terima pasien tersebut divonis meninggal akibat Covid-19. Kemudian, keluarga memaksa menggotong jenazah itu untuk dibawa dan dimakamkan di pekuburan umum Batukadera, yang berada tidak jauh dari rumah almarhumah.
“Jenazah almarhumah, sudah dimakamkan tadi siang sekitar pukul 11.30 WITA,” ungkap Farid.
Ia menambahkan, menerima kabar kematian almarhumah sekitar pukul 03.30 WITA. Sehingga, ia kemudian meminta warga dan tetangga terdekat untuk membersihkan rumah duka agar jenazah almarhumah bisa disemayamkan.
Keluarga dan warga sekitar mendapat informasi dari RSU Siloam sekitar pukul 05.30 WITA, mendapat kabar jenazah akan dimakamkan dengan protokol Covid-19 di pekuburan umum Fatukoa.
Kemudian keluarga yang tidak terima, beramai-ramai mendatangi rumah sakit untuk mendengar penjelasan dari RSU Siloam.
“Saya bertemu dengan suami almarhumah dan ia mengatakan, istrinya tidak di-swab PCR, namun mau dikuburkan secara Covid-19,” beber Farid.
Meski begitu, ia juga sempat menenangkan keluarga. Akan tetapi, tidak bisa karena begitu banyak anggota keluarga yang memaksa jenazah dipulangkan.
Aparat kepolisian yang saat itu berada di rumah sakit juga tidak bisa membendung keluarga jenazah. Jenazah akhirnya digotong menuju rumah duka untuk disemayamkan.
Farid mengatakan, ia bersama Satgas Covid-19 dan lurah setempat mendatangi rumah duka untuk memberi pemahaman kepada keluarga. Namun, keluarga bersikeras almarhumah bukan meninggal lantaran Covid-19.
“Menurut keluarga, almarhumah dirawat selama dua hari di RSU Siloam karena sakit gula serta gondok,” paparnya.
Farid menjelaskan, petugas kepolisian dari Polsek Kelapa Lima, dari gugus tugas (Satgas) termasuk dari kelurahan diusir pihak keluarga, sehingga mereka kewalahan.
“Setelah semua petugas pergi, keluarga lalu memandikan jenazah dan dikuburkan di tempat pekuburan khusus Muslim di Batukadera,” imbuhnya.