SuaraBanten.id - Ferdinand Hutahaean angkat suara menanggapi tudingan Ustaz Yahya Waloni soal PPKM Darurat.
Ferdinand Hutahaean sebut Yahya Waloni asal bicara. Ferdinand tanggapi pernyataan pendakwah kontroversial Yahya Waloni sebut PPKM darurat senjata politik. Bahkan Yahya Waloni sebut PPKM Darurat Strategi komunis.
Melalui cuitan di akun Twitternya, Kamis (15/7/2021) Ferdinand sebut pernyataan Yahya Waloni tak berdasar pemahaman baik dan benar soal PPKM.
Ferdinand menilai Ustaz Yahya tidak berpikir dampak dari ucapannya melainkan hanya asal bicara saja.
Baca Juga:Sempat Macet Parah, Begini Situasi Lalin di Pos Penyekatan Mampang Hari Ini
“Yahya Waloni ini tanpa pemahaman yang baik dan benar tentang PPKM dan tak berpikir dampak dari ucapannya apakah salah atau benar, dia tak perduli yang penting bicara,” cuit Ferdinand Hutahaean.
Ferdinand pun menilai, Yahya hanya mengejar popularitas semata dengan berlandaskan kebencian.
Oleh karena itu, ia menganggap pernyataan Yahya Waloni soal PPKM tersebut adalah sampah lantaran hanya fokus pada kafir dan bukannya bicara soal substansi dari kebijakan itu.
“Mengejar popularitas dengan landasan kebencian, majanya fokusnya pada kafir bukan substansi PPKM. Memang sampah..!!,” tegas Ferdinand Hutahaean.
Sebelumnya diberitakan, Ustaz Yahya Waloni angkat suara soal Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat atau PPKM) Darurat Jawa-Bali.
Baca Juga:Pelanggan Tetap di Rumah Saat PPKM Darurat, Grab Terapkan Standar Jaminan Ini
Yahya Waloni sebut PPKM darurat senjata politik. Bahakan Yahya Waloni sebut PPKM Darurat Strategi komunis.
Yahya Waloni sebut PPKM Jawa-Bali untuk mengukur persatuan umat Islam di Pulau Jawa yang jumlah penduduk dan muslimnya terbanyak.
Tak hanya itu, Yahya Waloni sebut PPKM lukai umat Islam mengingat saat hari Idul Adha masih diberlakukan PPKM.
“Kita semua tahu tanggal 20 Juli adalah pelaksanaan hari besar Islam, untuk peringati hari raya kurban Idul Adha,” kata Yahya Waloni, dikutip dari terkini.id-Jaringan Suara.com, Jumat (16/7/2021).
Menurut Yahya Waloni, setiap hari besar Islam pemerintah selalu berdalih dengan alasan Covid-19 menjelang perayaan tersebut.
“Ini mengapa tiap pelaksanaaan besar Islam selalu dikopat-kopitkan,” lanjutnya.
Yahya Waloni kemudian menilai bahwa kebijakan tersebut hanya semata-mata senjata politik saja.
“PPKM Jawa-Bali ini cuma senjata politik, kalau kita lihat dari analisis politik, penduduk terbesar Indonesia itu di Pulau Jawa. Dan umat Islam juga besar di Jawa,” terangnya
“Nah, jangan sampai mereka bisa mengukur kekuatan muslim di RI. Sebab kalau Pulau Jawa dan Bali sudah bisa dipetakan, maka Insya Allah akan mudah bagi mereka menguasai Indonesia.” sambung penceramah berdarah Sulawesi itu.
Yahya Waloni bahkan menilai bahwa kebijakan ini juga merupakan strategi Komunis untuk mengukur persatuan dan kesatuan Umat Islam.
“Karena yang paling ditakuti Komunis adalah persatuan Umat Islam,” tegasnya.
“Apakah kalian berdiam diri lihat agama kalian diganggu? Kata Buya Hamka, barang siapa berdiam diri agamanya diganggu gantilah pakaianmu dengan kain kafan, lebih baik mati saja.” tuturnya.
Ia kemudian mengajak umat Islam agar merapatkan barisan dan bersatu untuk melawan permecah belah umat Islam.
“Mari rapatkan barisan kita bela agama ini. Dunia tak akan selamatkan kita, hanya iman dan amal soleh yang selamatkan kita. Ingat, jangan kamu taat pada perintah-perintah orang kafir,” katanya.