KPAI Ungkap Berbagai Tantangan PJJ di Masa Pandemi, Apa Saja?

Pembelajaran jarak jauh (PJJ) yang diterapkan sejak awal pandemi, ternyata memberi beragam tantangan dan permasalahan yang harus kita hadapi.

Vania Rossa | Dinda Rachmawati
Sabtu, 07 November 2020 | 09:05 WIB
KPAI Ungkap Berbagai Tantangan PJJ di Masa Pandemi, Apa Saja?
ilustrasi belajar online/pembelajaran jarak jauh. (pixabay)

3. Kesenjangan fasilitas penunjang
Meski saat ini sudah merupakan era digital, namun menurut data KPAI, 50 persen anak-anak yang berada di luar Jawa tidak terlayani PJJ secara daring. Jadi, mereka tidak bisa mengakses pelajaran melalui daring karena berbagai alasan.

"Banyak sekali anak-anak yang nggak punya gadget, nggak punya alatnya. Nomornya saja nggak ada, kuota gratisnya mau diisi ke mana. Jadi ini akhirnya bantuan itu tidak sampai. Selain itu, di beberapa wilayah juga susah sinyal," kata dia menjelaskan.

Sehingga, tambah Retno, bisa dilihat masih adanya disparitas digital, di kalangan anak-anak dari keluarga miskin dan kaya.

"Ini adalah fakta bahwa disparitas ini ada dari sebelum pandemi dan diperparah pada saat pandemi," ungkapnya.

Baca Juga:Dinilai Bisa Bikin Siswa Bunuh Diri, FSGI Minta Guru Kurangi Tugas Sekolah

4. Sosialisasi mengenai PJJ yang belum maksimal
Berbagai upaya yang dilakukan Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) patut diapresiasi. Namun menurut Retno, setelah KPAI mendatangi 42 wilayah di Indonesia, sosialisasi mengenai PJJ ternyata belum maksimal dilakukan.

"Salah satunya adalah surat edaran Sekjen Kemdikbud No. 15 Tahun 2020, itu sebenarnya menunjukkan dengan jelas apa itu PJJ dan seperti apa mekanismenya. Mulai dari anaknya, orangtuanya, gurunya, sekolahnya, dinasnya. Tapi dari 42 wilayah, mayoritas guru dan kepala sekolah nggak tahu tentang peraturan ini," jelasnya.

5. Belum diterapkannya kurikulum darurat di sekolah-sekolah
Lebih lanjut, Retno melihat bahwa di salah satu wilayah di Cilegon, Banten, mereka sudah menerapkan kurikulum darurat, yakni kurikulum 2013 yang disederhanakan dan disesuaikan dengan masa pandemi.

Sayangnya, dari 42 wilayah yang didatangi KPAI, hanya 2 sekolah yang menerapkannya karena sudah mendapatkan petunjuk jelas dari dinas pendidikannya dan 6 sekolah menerapkan tanpa petunjuk.

"Sisanya, Dinas atau Kemdikbudnya tidak memberi pengarahan ke sekolah terkait hal ini, akhirnya sekolah tuh nggak berani. Jadi mereka masih pakai kurikulum 2013 yang berat diterapkan di kondisi ini," tutupnya.

Baca Juga:Trik Asik Fokus Belajar Daring yang Wajib Diketahui

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

Lifestyle

Terkini