Menelisik Pemain Parkir Mahal di Situs Kesultanan Banten

Sibli sendiri bertugas mengkoordinir pemuda pengangguran di Kelurahan Banten untuk mengurus parkiran sepeda motor bersama Musyawarah Pimpinan Kecamatan (Muspika) Kasemen.

Chandra Iswinarno
Kamis, 13 Juni 2019 | 19:11 WIB
Menelisik Pemain Parkir Mahal di Situs Kesultanan Banten
Parkiran kendaraan roda empat atau lebih di kawasan wisata Banten Lama, Kota Serang, Banten. [Suara.com/Yandhi Deslatama]

SuaraBanten.id - Bisnis parkir menggiurkan di lokasi wisata kerap menjanjikan untuk meraup pundi-pundi rupiah. Tak heran, jika kemudian lahan parkir di satu tempat wisata dikelola beberapa kelompok, seperti di Kawasan Kesultanan Banten.

Parkiran di Kawasan Kesultanan Banten sendiri, diakui dikelola oleh beberapa kelompok, salah satunya dikelola oleh warga Kelurahan Banten, Kecamatan Kasemen, Kota Serang, Banten.

Warga setempat yang kesehariannya berada di reruntuhan Kesultanan Banten itu bahkan mengaku mengelola parkiran sepeda motor, bagi pengunjung ke lokasi wisata religi tersebut.

"Parkiran motor nggak ada yang megang. Cuma warga masyarakat dengan satgas, terutama se-kelurahan Banten hanya untuk mengamankan saja daripada acak-acakan," kata Kasatgas Banten, Sibli di kediamannya, Rabu (12/06/2019).

Baca Juga:Mahalnya Tarif Parkir di Situs Kesultanan Banten, Siapa yang Bermain?

Sibli sendiri bertugas mengkoordinir pemuda pengangguran di Kelurahan Banten untuk mengurus parkiran sepeda motor bersama Musyawarah Pimpinan Kecamatan (Muspika) Kasemen.

Kepada Suara.com, Sibli bercerita sejak dirinya mengkoordinir pemuda untuk bekerja sebagai tukang parkir, tindakan premanisme dan mabuk-mabukan berkurang jauh.

Terkait lahan parkir, Sibli mengaku menggunakan lahan kosong milik warga atau menggunakan tempat di sekitar situs Kesultanan Banten yang memiliki tanah lapang. Dari tukang parkir yang dikoordinirnya, Sibli mematok uang parkir sebesar Rp 3 ribu per kendaraan roda dua, bukan Rp 5 ribu seperti yang ramai diperbincangkan.

"Koordinatornya kan saya merangkul muspika, aparat, biar enggak ada preman. Uang (parkir)-nya digunakan membayar kebersihan, membeli air, air wudu, penyiraman bunga. Kalau mengandalkan pemerintah kan enggak bisa dadakan. Sebagian untuk masyarakat yang jaga parkiran, dibagi rata. Yang mau jaga parkir ya silahkan gabung, sama-sama menikmati," ujarnya.

Dari uang Rp 3 ribu yang ditarik tukang parkir dalam pengelolaannya, Sibli berdalih ada juga yang disisihkan untuk menambah tenaga kebersihan di Sekitar Kesultanan Banten. Lantaran tenaga kebersihan yang disiapkan pemerintah hanya berjumlah 22 orang, lalu penjaga keamanan hanya berjumlah 15 orang, dianggap tidak memadai menjaga Situs Kesultanan Banten itu.

Baca Juga:Diduga Gelapkan Dana Rp 200 Juta, Sultan Banten Dilaporkan ke Polisi

"Sekian persen kebersihan, sekian persen untuk yang bayar tenaga parkir, sekian persen untuk makan. Pinginnya saya mah semua dikelola pemerintah, ambil (pekerjakan) yang nganggur-nganggur," jelasnya.

Kontributor : Yandhi Deslatama

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini