SuaraBanten.id - Abdul Azis, santri sekaligus warga Pandeglang menjadi salah satu korban tewas pada aksi kericuhan aksi 22 Mei di Jakarta.
Anjas, kakak korban mengaku sempat melarang adiknya berangkat ke Jakarta untuk ikut demonstrasi.
Anjas menuturkan, pada Senin (20/5/2019) dini hari korban meminta izin untuk bertemu temannya di Tugu Monas, Jakarta.
Anjas sempat melarang korban untuk pergi, namun korban tetap berangkat pada paginya. Anjas mengaku sempat beberapa kali menghubungi sang adik untuk mempertanyakan keadaannya, namun sulit dihubungi.
Baca Juga:Sisa Kerusuhan 22 Mei, Lewat Jalan Kemanggisan Mata Masih Perih Banget
"Pas jam 11 siang saya telepon lagi, dia bilang sudah kumpul sama orang Kuningan, katanya. Nah dari situ, saya sudah enggak ada kontak, karena saya juga lagi kerja enggak pegang HP," kata kata Anjas seperti dilansir Bantennews.co.id--jaringan Suara.com, Kamis (23/5/2019).
"Dapat kabar pagi dari adik, malamnya sudah saya telpon tapi enggak ada yang angkat," imbuhnya.
Lanjut Anjas, sebelum diterima oleh keluarga, jasad korban sempat diautopsi oleh tim dokter di rumah sakit.
Tim dokter mengungkap bahwa penyebab kematian korban karena luka di belakang kepala dan efek dari gas air mata. Namun, selain luka di kepala Anjas menduga bahwa adiknya meninggal karena tertembak sebab dirinya sempat melihat ada lubang semacam bekas peluru di bagian tubuh korban.
“Yang pasti saya lihat di ini ya (menunjuk salah satu bagian tubuh) cuma di bagian kepala itu pecah. Saya enggak tahu kenapa, karena saya juga baru lihat sekarang ini," kata dia.
Baca Juga:Spanduk Selamat Prabowo-Sandi Tetap Kokoh di Lokasi Kerusuhan Petamburan
"Dari pihak dokter enggak dikasih tahu, cuma dikasih surat keterangan aja. Kalau dokter bilangnya karena luka di kepala bilangnya cuma sama gas mata, tapi pas dibuka tadi kepalanya bocor,” tandasnya.
- 1
- 2