Andi Ahmad S
Kamis, 13 November 2025 | 15:36 WIB
Menteri Sosial (Mensos) Saifullah Yusuf atau Gus Ipul. [Hiskia/Suarajogja]
Baca 10 detik
  • Ratusan siswa Sekolah Rakyat berwisata sejarah ke Monumen Palagan Lengkong (Tangsel) untuk memperingati Hari Pahlawan dan menanamkan nilai perjuangan. 

  • Mensos mengajak siswa ke Monumen Palagan Lengkong—lokasi gugurnya Mayor Daan Mogot dan 36 pejuang—untuk menanamkan nilai kesabaran dan mendahulukan kepentingan bangsa. 

  • Putri Moh. Hatta, Meutia Hatta, berpesan agar siswa meneladani Bung Hatta yang berjuang sejak muda, mengutamakan kepentingan bangsa, dan berprinsip 'Pemimpin harus menderita'.

SuaraBanten.id - Ratusan siswa Sekolah Rakyat di Jabodetabek lakukan wisata sejarah ke cagar budaya Monumen Palagan Lengkong, Kecamatan Serpong, Kota Tangerang Selatan (Tangsel), Banten Kamis, 13 November 2025.

Wisata sejarah itu bagian dari kegiatan Kementerian Sosial dalam rangka peringati Hari Pahlawan yang diperingati 10 November 2025.

Diketahui, Monumen Palagan Lengkong merupakan lokasi bersejarah gugurnya Tentara Rakyat Indonesia (TRI) Resimen 4 pada 25 Januari 1946. Ada 34 taruna dan 3 perwira termasuk Mayor Daan Mogot yang gugur saat akan melaksanakan operasi pelucutan senjata musuh.

Menteri Sosial (Mensos) Saifullah Yusuf mengatakan, pihaknya sengaja mengajak para siswa sekolah rakyat ke lokasi sejarah untuk menanamkan nilai-nilai perjuangan ke generasi muda.

"Ada banyak nilai-nilai yang bisa kita tanamkan tentang makna perjuangan kepada para pelajar yang merupakan generasi bangsa ini," kata Gus Ipul, panggilan akrab Mensos.

Gus Ipul menuturkan, ada beberapa hal nilai yang diharapkan dapat ditanamkan dan dipedomani oleh para siswa sekolah rakyat itu. Yakni, kesabaran hingga utamakan kepentingan bangsa.

"Para pahlawan ini orang pintar dan pemberani, serta penuh tanggung jawab. Tapi kesabarannya menunggu momentum, mengatasai perbedaan dan menjadikan kekuatan, itu berkat kesabaran. Kalau nggak sabar, nggak akan ketemu semangatnya," tutur Gus Ipul.

Selain kesabaran, kata Gus Ipul, para siswa sekolah rakyat khususnya harus mengutamakan kepentingan bangsa, bukan kepentingan kelompok.

Nilai tersebut, lanjutnya, tercermin pada keluarga para pahlawan bangsa, salah satunya yakni Mutia Hatta yang merupakan anak salah satu proklamator Kemerdekaan Indonesia, sekaligus wakil presiden pertama, Mohammad Hatta.

Baca Juga: Diam-diam Pemprov Banten Beri 'Privilese' Truk Kecil Keluar dari Kepgub, Apa Alasannya?

Mereka ini memikirkan kepentingan bangsa, bukan kepentingan kelolpok. Kemerdekaan indonesia kemakmuran bangsa. Mengutamanakan kepentingan bangsa.

"Mereka berkarir dan berkarya seperti biasa tak menonjolkan pahlawan yang merupakan keluarganya. Tetapi, mereka tulus mengabdi untuk masyarakat," ungkap Gus Ipul.

Gus Ipul menyebut, wisata sejarah itu nantinya akan dilakukan lebih luas hingga ke daerah lain yang memiliki sejarah perjuangan kemerdekaan bangsa.

Putri Mohammad Hatta, Meutia Hatta pun yang turut hadir dalam wisata sejarah itu menegaskan, agar para siswa ikut berjuang sesuai dengan kemajuan bangsa saat ini.

Ayahnya, kata dia, sudah memulai perjuangan sejak usia muda yakni 19 tahun. Saat itu, ayahnya menjalani pendidikan di Belanda dan menyadari soal realita anak muda di Indonesia tak mendapatkan akses pendidikan dengan layak.

"Bung Hatta berjuang dari usia 19 tahun, melihat anak mudanya sejahtera tapi anak di Indonesia tidak bisa sekolah dan menduduki jabatan apapun. Pesan yang harus juga dipedomani anak muda saat ini, bahwq 'Pemimpin itu harus menderita'. Beliau tidak menikah sampai kemerdekaan Indonesia dan baru menikah di usia 43 tahun," papar Meutia.

Load More