Hairul Alwan
Jum'at, 25 Juli 2025 | 10:30 WIB
Gubernur Banten, Andra Soni, Sachrudin, dan Benyamin Davnie menyusuri Kali Angke sepanjanag 10 KM beberapa waktu lalu. [ANTARA/Irfan.]

SuaraBanten.id - Kepala Balai Besar Wilayah Sungai Ciliwung Cisadane (BBWSCC) akhirnya memberikan pengakuan pahit terkait masalah banjir kronis di sekitar Kali Angke.

Setelah proyek yang berjalan sejak 2011, ia menyatakan bahwa pembangunan tanggul Kali Angke yang dibuat untuk penahan banjir masih jauh dari kata selesai dan belum sempurna.

Dengan sisa 7 kilometer tanggul yang belum terbangun, konstruksi yang terputus-putus, serta penyempitan sungai yang parah, upaya pengendalian banjir di wilayah Ciledug dan sekitarnya menjadi tidak efektif setiap kali luapan besar datang.

Setelah melakukan penyusuran sungai bersama Gubernur Banten Andra Soni serta Wali Kota Tangerang, Sachrudin dan Wali Kota Tangerang Selatan, Benyamin Davnie, Kepala BBWSCC, David Oloan Marpaung, secara terbuka mengungkap kondisi sebenarnya dari proyek tanggul Kali Angke.

Proyek vital yang diharapkan menjadi solusi banjir ini ternyata masih belum rampung sepenuhnya. Dari total rencana pembangunan sepanjang 26 kilometer, realisasinya baru sepanjang 19 kilometer.

“Namun yang terbangun sampai dengan saat ini baru 19 kilometer masih ada 7 kilometer yang masih belum terbangun,” kata David pasca susur Kali Angke dikutip dari Bantennews, Jumat 25 Juli 2025.

Angka ini mengonfirmasi mengapa banjir masih menjadi momok menakutkan bagi warga.

Kata David, dari 19 kilometer yang sudah ada pun, konstruksinya tidak menyambung alias terputus-putus akibat kendala pembebasan lahan di masa lalu.

Kondisi inilah yang membuat tanggul tidak berfungsi optimal.

Baca Juga: Tiga Kepala Daerah Susuri Kali Angke 10 KM, Andra Soni Temukan Biang Banjir

“Sehingga memang tidak sempurna dalam pengendalian banjir ketika banjir besar datang, dari adanya yang tangguh yang belum terbangun,” ungkapnya.

Penyempitan Parah dan Nasib Bendungan Tua

Masalah ternyata tidak hanya berhenti pada tanggul yang 'bolong'. Hasil susur sungai dari Jembatan Fortune hingga Bendungan Polor membeberkan fakta lain yang tak kalah mengkhawatirkan.

Fakta tersebut soal penyempitan dan pendangkalan sungai yang signifikan. Aliran sungai yang seharusnya lebar, di beberapa titik menyusut drastis, menghambat laju air.

“Mungkin sungainya harusnya 30 meter menjadi sempit, ada yang 10 meter, dan sebagainya. Sehingga itu menjadi temukan kami,” jelas David.

Selain itu, keberadaan Bendungan Polor yang selama ini diduga menjadi salah satu pemicu banjir kini juga masuk dalam evaluasi.

Load More