Tersisihnya mereka di bidang politik, menyebabkan mereka mudah terpengaruh untuk melancarkan aksi pemberontakan sebagai ajang penyaluran rasa ketidakpuasan mereka.
Selain itu, pemberontakan tersebut diperkuat oleh kebencian religius mereka terhadap kekuasaan para pejabat di pemerintahan kolonial yang notabene non muslim.
Dikutip dari jurnal Pendidikan Islam "Kepemimpinan Kiai Wasyid dalam memimpin pemberontakan geger Cilegon 1888" yang disusun oleh Ahmad Sofan Ansor dan Muttahidah yang merupakan Dosen Prodi Manajemen Informatika Politeknik PGRI Banten, Awal tahun 1888 M, Ki Wasyid mengadakan pendekatan kepada semua pihak yang telah menjawab seruannya untuk berjihad melawan kolonial Belanda.
Jawara dan umaro yang bersedia ikut berjihad, mulai mengadakan kontak-kontak melalui kurir. Pertemuan mulai diadakan baik dari Banten Utara dan Banten Selatan.
Baca Juga: Sejarah PT Krakatau Steel yang Diinisiasi Soekarno, Pembangunannya Sempat Mangkrak
Pertemuan 14 Pebuari 1888 M sd 13 Maret 1888 di Tanara dan Seneja membicarakan siasat dan strategi pertempuran, mengingat perbandingan senjata yang kurang dibanding Belanda.
Pertemuan lebih ditekankan pada kebulatan tekad persatuan dan kesepakatan. Semangat Jihad dikobarkan Ki Wasyid untuk mengusir penjajahan Belanda sesuai arahan masyaikh di Tanah Suci Mekah dan pertemanan antar Kiai di tanah suci Mekah ketika menuntut ilmu disana.
Persiapan perbekalan perang dan keperluan perang seperti makanan dan biaya perang juga dipersiapkan, walau dengan kondisi ekonomi yang kurang memadai, bila dibandingkan dengan persenjataan dan peralatan perang Belanda.
Masyarakat mengumpulkan perhiasan emas dan barang berharga dalam peti, untuk biaya perbekalan perang. Persiapan secara finansial juga dipersiapkan, untuk mendukung usaha perlawanan.
Tanpa perbekalan yang memadai, akan memudahkan pasukan musuh untuk menumpas perlawanan dan tidak akan mampu membiayai perang dalam jangka waktu yang lama.
Baca Juga: Ikut Bursa Pencalonan Ketua, Rahmatullah Komitmen Pertahankan PAN Jadi Pemenang Pemilu
Selanjutnya, mereka sempat beberapa kali melakukan pertemuan rahasia, pertemuan terakhir di Gulacir pada 22 Juni 1888 M lahir kesepakatan yaitu akan diadakan pemberontakan pada hari sabtu, 17 Juli 1888 M. serangan di mulai setelah sholat subuh dan dikenal dengan “serangan fajar”.
Berita Terkait
-
3 Negara yang Bisa Dibela Pascal Struijk Termasuk Timnas Indonesia, Pilih Mana?
-
Profil Silver Hijnen, Pemain Keturunan Surabaya yang Sukses Goda Klub Raksasa Liga Belanda
-
Calvin Verdonk: Itu Membuat Saya Sulit Beradaptasi
-
Calvin Verdonk Akhirnya Menyerah: Saya Tidak Sanggup Main
-
Thom Haye Dihancurkan Mantan Sendiri, Hasil SC Heerenveen vs Almere City Liga Belanda
Terpopuler
- Dosen Asal Semarang Tewas Bersimbah Darah di Kamar Kos Sleman, Ini Kata Polisi
- 7 Produk Skincare Pemutih Wajah Recommended Bersertifikat BPOM
- Akal Bulus Demi Raih Piala Asia U-17 2025: Arab Saudi Main dengan '12 Pemain'?
- Pemain Sinetron Inisial FA Ditangkap Kasus Narkoba, Siapa?
- 5 Rekomendasi Serum Mencerahan Wajah: Tersedia di Indomaret, Harga Mulai Rp18 Ribuan
Pilihan
-
Ustaz Abdul Somad Resmi Jabat Direktur LP3N
-
Gyukatsu Kyoto Katsugyu Hadir di Tangsel: Sensasi Daging Lumer di Mulut, Autentik Kyoto!
-
Sengketa PSU Siak Berlarut-larut: Jangan sampai Nafsu Berkuasa Merusak Sosial Ekonomi
-
Diisi Tokoh Top Dunia! Danantara Masih Mandul, Tajinya Belum Terlihat
-
Sosok Mbok Yem, 'Penjaga' Gunung Lawu dan Warungnya yang Legendaris
Terkini
-
Sejarah Geger Cilegon, Serangan Fajar Petani Banten Jihad Usir Belanda
-
Mau Dapat Saldo DANA Gratis Malam Ini? Yuk Klaim di Sini!
-
Pandangan Psikolog Soal Pelaku Mutilasi di Serang, Termasuk Psikopat?
-
Korban Mutilasi di Serang Banten Dimakamkan Tanpa Lengan
-
BBRI Tebar Dividen Rp31,4 Triliun, Bukti Kinerja Perusahaan yang Solid dan Penuh Komitmen