Scroll untuk membaca artikel
Hairul Alwan
Senin, 25 April 2022 | 15:28 WIB
Gunung Anak Krakatau naik status menjadi siaga. [Magma Indonesia]

SuaraBanten.id - Gunung Anak Krakatau (GAK) meletus dipastikan tidak akan mengganggu perjalanan laut arus Mudik Lebaran 2022. Hal tersebut diungkapkan Kepala Pos Pemantauan GAK, Deni Mardiono di Desa Pasauran, Kecamatan Cinangka, Kabupaten Serang, Banten Senin (25/4/2022).

Kata Deni, material letusan Gunung Anak Krakatau yang membahayakan jiwa pada umumnya tidak akan menjangkau warga Banten dan sekitarnya. Pasalnya, dari lokasi pesisir pantai hingga gunung itu berada terpaut jarak sekira 42 kilometer.

"Untuk jalur pelayaran khususnya jalur mudik, letusan GAK sendiri materialnya saat ini masih aman dikarenakan untuk material letusan hanya di areal gunung anak krakatau," jelas menjelaskan erupsi Gunung Anak Krakatau, Senin (25/4/2022).

"Kalo pun sampai, hanya abu vulkaniknya. Karena bergantung pada arah angin dan kecepatan angin dan ini dapat dimitigasi dengan menggunakan masker," sambungnya.

Baca Juga: Gunung Anak Krakatau Naik Status ke Level Siaga, Badan Geologi Jawab Isu Kemungkinan Tsunami

Deni menjelaskan, bunyi gemuruh akibat Gunung Anak Krakatau meletus adalah karakter aslinya gunung api ini, terutama dalam fase erupsi strombolian, terkadang suaranya bisa menjadi besar. Menurutnya, GAK sudah melewati fase kolaps yang mengakibatkan tsunami pada 2018 lalu. 

"Sejarah menunjukan bahwa pasca fase kolaps, maka GAK akan mengalami masa pertumbuhannya kembali, lewat erupsi erupsi dimasa depan," terangnya.

Bahkan, ketinggian 300 meter adalah ketinggian kritis bagi GAK untuk kembali kolaps, dan tinggi GAK hingga saat ini masih di sekitar 150 meter.

"Saat ini potensi tsunami sangat kecil, karena tubuhnya sudah koleps, kecuali seluruh tubuh GAK dibawah laut ikut kolaps, namun ini belum pernah terjadi, kecuali di tahun 1883 yang diakibatkan oleh erupsi besar," tuturnya.

Dikatakan Deni, indikasi untuk erupsi besar belum teramati dari data hingga saat ini, namun indikasi suplai magma masih terus terjadi.

Baca Juga: Info Mudik Lebaran 2022 Pelabuhan Merak, Terminal Pakupatan Serang, Hingga Syarat Mudik Naik Kereta Api

"Erupsi GAK, bisa letusan dengan lontaran piroklasik atau atau bisa juga strombolian, mungkin bergantian dan bisa terjadi setiap tahun (meski tidak terus menerus)," ucapnya.

Kata Dia, masyarakat dan aparat terkait tetap waspada, tidak masuk atau mendekati kompleks GAK. Menurutnya, cukup mengenali informasi peringatan dini gunung api dari waktu ke waktu melalui via magma.esdm.go.id dan untuk tsunami bisa diakses melalui web bmkg.go.id.

"Terakhir, mungkin kami himbau masyarakat agar tetap tenang dan beraktifitas seperti biasa," tutupnya.

Kepala Stasiun Meteorologi Maritim Serang Mohammad Nurhuda mengatakan, pihaknya sudah mendapatkan informasi terkait kenaikan status Gunung Anak Krakatau dari waspada menjadi Siaga, Minggu (24/4/2022) malam.

“Memang dari teman-teman kita dari Pos Pantau Gunung Anak Krakatau, menginformasikan ke kita bahwa adanya peningkatan aktifitas Gunung Anak Kerakatau dari waspada ke siaga,” kata Nurhuda kepada awak Media, di Pelabuhan Merak.

Menurutnya, kewaspadaan person harus ditingkatkan, meskipun cuaca, Senin (25/4/2022) dalam keadaan panas dan cerah. Namun kecepatan angin harus juga diwaspadai.

“Hal itu tentunya meningkatkan kewaspadaan kita semua, meskipun saat ini kondisi cuaca cenderung panas, karena menghadapi musim kemarau. Anginnya juga kencang, nanti kan efeknya akan berimbas kepada aktifitas bongkar muat di Pelabuhan Ini,” tuturnya.

Ia memastikan, aktifitas Gunung Anak Krakatau yang saat ini berstatus siaga tidak mempengaruhi sama sekali terhadap aktifitas penyeberangan di Pelabuhan Merak. Namun ia meminta tetap waspada.

“Terkait dampaknya Gunung Anak Krakatau, saat ini di Selat Sunda apakah berimbas kepada penyeberangan, tidak berdampak,” ujarnya.

“Nah ini aktifitas kemarau juga selalu kita pantau dan kita informasikan kepada ASDP dan seluruh masyarakat hal itu untuk kenyamanan kita semua, terutama pengguna jasa,” tambah dia.

Kontributor : Firasat Nikmatullah

Load More