SuaraBanten.id - Masjid Cikoneng yang terletak di Kampung Manungtung, Desa Cilaban Bulan, Kecamatan Menes, Kabupaten Pandeglang tak hanya dijadikan sebagai pusat syi'ar agama islam, tetapi juga menjadi saksi peristiwa sadis saat bangsa ini melawan penjajahan Belanda.
Kekejaman pejajah saat itu menembaki jemaah Masjid Cikoneng yang tengah melaksanakan sholat Jumat, cerita angker pun kerap dialami warga setempat.
Ketua DKM Cikoneng Abdul Hakim mengatakan, sejak dulu masjid ini tidak memiliki nama seperti masjid pada umum, hanya menggunakan nama Kampung yakni Masjid Manungtung. Dulu banyak dikunjungi jamaah dari berbagai wilayah seperti Mandalawangi, Saketi, Cipeucang untuk salat Jumat.
"Kata orang tua dulu (yang datang ke sini) dari Peteuy Sayak Mandalawangi, dari selatan Kadu Bera (Saketi). Untuk datang ke sini (shalat Jumat) mereka berangkat hari rabu datang ke sini hari Kamis dengan jalan kaki. Mungkin juga dulunya belum ada masjid,"terang kepada suara.com, Rabu (21/4/2021).
Baca Juga: Masjid Cikoneng Pandeglang Saksi Sejarah Umat Islam Mengusir Penjajah
Sementara, bedug yang kini terpasang di depan masjid merupakan bedung yang dibuat jaman dulu. Dulunya bedug tersebut menjadi rujukan warga sekitar untuk menentukan waktu sholat. Sebab suaranya bisa terdengar hingga belasan kilometer.
"Bedug juga masih jaman dulu, kalau dulu panjang sekarang dipotong. Jadi warga di luar kampung mendengarkan suara bedug dari ini kalau mau sholat, bahkan kata orang tua suara bedug kedengaran hingga Saketi,"katanya.
Hakim menuturkan, Masjid Cikoneng dibangun para penyebar Islam di Tanah Jawa sehingga memiliki nilai religius cukup tinggi karena selain sebagai syi'ar agama juga sebagai tempat mengusir penjajah.
Ia bercerita, para penjajah secara membabi-buta menembaki para jamaah yang tengah salat berjamaah setelah adanya laporan dari mata-mata penjajah yang diketahui orang pribumi. Saat itu Belanda sedang mencari ulama yang memberontak melawan penjajah
"Jadi ada mata-mata orang kita yang pro ke Belanda, dilaporkan ke Belanda, terus datang ke sini. Ada yang paling sedih, pas lagi solat Jumat diberondong dengan senjata," ungkap Hakim
Baca Juga: Tradisi Ngaji Pasaran di Ponpes Miftahul Hidayah, 6 Kitab Dilalap Sebulan
Seketika mendengar suara tembakan, jemaah salat Jumat langsung berlari menyelamatkan diri. Tak ada korban jiwa dan luka dalam peristiwa itu. Cerita itu didapat Hakim dari orang tuanya tersebut, bahkan kakeknya saat itu harus mendekam di penjara selama 20 tahun.
"Kakek saya dari bapak saya dihukum selama 20 tahun,"ujarnya.
Hakim mengungkapkan, kekejaman para penjajah ke penduduk setempat tidak membuat para pejuang takut tetapi makin berani melawan para penjajah, hal itu dibuktikan banyak warga setempat yang menjadi perintis pejuang kemerdekaan.
Tag
Terpopuler
- Mees Hilgers Didesak Tinggalkan Timnas Indonesia, Pundit Belanda: Ini Soal...
- Elkan Baggott: Pesan Saya Bersabarlah Kalau Timnas Indonesia Mau....
- Miliano Jonathans Akui Tak Prioritaskan Timnas Indonesia: Saya Sudah Bilang...
- Denny Sumargo Akui Kasihani Paula Verhoeven: Saya Bersedia Mengundang..
- Elkan Baggott Kembali Tak Bisa Penuhi Panggilan Shin Tae-yong ke TC Timnas Indonesia
Pilihan
-
PublicSensum: Isran-Hadi Unggul Telak atas Rudy-Seno dengan Elektabilitas 58,6 Persen
-
Munawwar Sebut Anggaran Rp 162 Miliar untuk Bimtek Pemborosan: Banyak Prioritas Terabaikan
-
Drama Praperadilan Tom Lembong: Kuasa Hukum Bongkar Dugaan Rekayasa Kesaksian Ahli
-
Dua Juara Liga Champions Plus 5 Klub Eropa Berlomba Rekrut Mees Hilgers
-
5 Rekomendasi HP Infinix Sejutaan dengan Baterai 5.000 mAh dan Memori 128 GB Terbaik November 2024
Terkini
-
Berapa Harga Garmin Venu 3 dan Spesifikasinya
-
Eks Kabid BPBD Banten Dituntut 4 Tahun Penjara Gegara Pengadaan Laptop Fiktif
-
Tabrakan Mobil Polisi di Cadasari Pandeglang Diduga Dipicu Karena ODGJ Ngamuk
-
AC Terasa Kurang Dingin? Ini Kemungkinan Penyebabnya
-
Persatuan Guru Nahdlatul Ulama Tangerang Tanggapi Kericuhan Konfercab